Gerak Cepat IPB University Untuk Cetak Petani Milenial Melalui Program One Village One CEO
Di era industry 4.0, kemampuan literasi digital menjadi kunci untuk mampu beradaptasi di tengah perkembangan teknologi. Tak terkecuali bagi petani, khususnya petani muda yang diharapkan dapat berperan bagi pertanian masa kini dan masa depan. Literasi digital menjadi hal yang patut didiskusikan karena merupakan salah satu proses penting transformasi petani Indonesia yang sebagian besar belum mencapai pertanian 4.0.
Oleh karenanya, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) menggelar kegiatan Pojok Literasi dengan tema utama “Jadi Petani Milenial di Era Digital? Kuy!”, 5/4.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University dalam sambutannya menyebutkan literasi digital sangat penting agar petani muda mampu menguasai teknologi 4.0. Seperti kecerdasan buatan dan penggunaan drone untuk pertanian. Ia menyebutkan poin terpenting dalam transformasi petani yakni dengan membangun learning center di berbagai daerah sehingga menjadi pusat penyebaran inovasi. Hal tersebut akan menentukan bagaimana masyarakat petani beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selain itu, perlu adanya kolaborasi triplehelix yang sinergis.
Demi mempersiapkan generasi petani baru, menurut Prof Arif peran kampus menjadi signifikan sehingga petani milenial yang kini ada dapat berpotensi meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian. Di samping itu kita juga dapat menerapkan sociopreneurship dan technosociopreneur bagi pertanian di masa depan yang lebih bertahan di tengah persaingan global.
“Sekira 30 persen generasi milenial telah tertarik dengan dunia bisnis dan industri argo sehingga harus didesain dengan sistematis. Salah satu program yang dikembangkan IPB University seperti CEO School diharapkan mampu mempersiapkan petani-petani milenial yang kompeten,” sebutnya.
Handian Purwawangsa, Asisten Direktur Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir (Ditmawa PK) IPB University turut hadir untuk menyampaikan pengembangan One Village One CEO One Village One Innovation dalam rangka pembinaan petani muda dan desa sejahtera.
Dikatakannya, pengembangan program tersebut telah sesuai dengan visi IPB 2019-2045 yakni menjadi technosocio entrepreneurial university yang terdepan.
CEO School tersebut lebih berfokus kepada mendorong wirausaha muda mengembangkan unit usaha di pedesaan maupun menjadi pendamping Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Adapun peserta yang dipilih yakni 10 orang yang telah melalui proses seleksi dengan masa program enam bulan hingga satu tahun. Luarannya, dapat menghasilkan petani milenial yang melakukan usaha tani pada umumnya maupun dapat bergabung pada aspek pemasaran dan pengolahannya saja.
“Petani milenial itu harus tetap selaras dengan pengembangan pedesaannya. Hal tersebut menjadi faktor kunci. Jadi petani milenial itu jangan sampai jalan sendiri tanpa bisa menjawab permasalahan yang ada di desa atau unit usaha pertanian yang sesungguhnya,” ungkapnya.
Profesi petani sendiri memiliki keunggulan tersendiri yakni adanya kebebasan sehingga sesuai dengan jiwa generasi muda. Contoh fasilitas yang disiapkan IPB University yakni fasilitas lahan, pendampingan, permodalan, teknologi dan informasi serta pasar yang semua dibentuk dalam suatu model terintegrasi dari hulu ke hilir. Nantinya, unit usaha tani yang dikembangkan tersebut sudah dapat berjalan walaupun belum bisa masif.
Berkaitan dengan ekosistem digital, IPB University mencoba untuk membangun ekosistem bisnis yang sesuai bagi calon petani muda. Sehingga tidak terbatas pada pelatihan dan pelepasan saja. Misalnya dengan penggunaan big data, IPB University dapat memprediksikan jumlah supply dan kebutuhan lahan serta CEO yang dibutuhkan di suatu desa sehingga dapat memenuhi demand yang ada. Program lain yakni One Village One Innovation juga turut dikembangkan untuk pengembangan produk olahan yang mudah diaplikasikan di lapangan.