Cegah Covid-19, Ini Cara Kendalikan Stres Secara Positif Menurut Dr Dwi Hastuti
Siaran Pers
IPB University
No 238/SP.BIRKOM.IPB/III/2020
Bogor, 19 Maret 2020
Stress adalah perasaan emosi tertekan yang akan dihadapi setiap individu dalam setiap siklus kehidupan manusia. Stress merupakan suatu proses yang meliputi stimulasi, respon atas kejadian dan peristiwa, interpretasi individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan di luar kemampuan seseorang untuk mengatasinya (Rice 1992). Sumber stress sendiri dapat bersifat personal yang berasal dari diri sendiri atau dari lingkungan. Baik dari lingkungan terdekat maupun lingkungan masyarakat.
Kepala Bagian Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Dr Dwi Hastuti mengatakan stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, adanya hambatan-hambatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang.
Dr Dwi menambahkan, saat ini setiap individu mengalami sumber stress berupa tekanan yang berasal dari lingkungan, berasal dari perasaan cemas, takut, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan berbuat atas adanya pandemik global yaitu “Covid 19”. Untuk itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengendalikan stress tersebut, yaitu:
Pertama, harus tetap berpikir jernih, tidak panik atas informasi apapun yang terkait dengan adanya penyakit ini. Alasan utamanya adalah bahwa kepanikan akan menyebabkan seseorang sulit mencari dan menemukan solusi atau merencanakan sesuatu yang dapat menyelesaikan masalah. Kepanikan kadang akan menularkan kepanikan juga ke sekitarnya.
“Jadi disarankan untuk berpikir lebih dulu, cari informasi dari sumber berita yang dapat dipercaya dan akurat,” ujarnya.
Kedua positive reframing adalah salah satu dimensi coping yang bertujuan untuk mengelola emosi dan mengubah cara berpikir menjadi lebih positif. Kadangkala mengurangi akses pada berita negatif, berita hoaks atau berita yang menakutkan akan membantu dalam membuat framing positif.
Ketiga, merancang dan melakukan kegiatan yang dapat menyibukkan anda secara positif dan berpikir positif. “Mungkin membuat daftar kegiatan yang selama ini tidak dapat dilakukan atau tertunda dilakukan. Merancang atau melakukan antisipasi atas risiko yang mungkin terjadi juga mungkin dapat disusun. Misalnya, menyiapkan daftar dan stok belanja pangan dan non pangan untuk beberapa waktu ke depan, atau mengerjakan bersih-bersih kamar dan lain-lain,” tambahnya.
Keempat, membentuk emosi positif. Cobalah untuk tarik nafas, relaksasi tubuh, berjemur dan berolahraga ringan sebisa mungkin. Hindari emosi negatif seperti buruk sangka, curiga dan menyebar informasi buruk yang justru akan memperparah situasi sekitar.
Kelima, mencari dukungan dari lingkungan terdekat. Keluarga adalah yang paling dapat memberikan hal ini. Baik berupa dukungan keuangan, dukungan keamanan, dukungan emosi, simpati, rasa nyaman dan terhindar dari rasa takut sendirian, kesepian dan sebagainya.
Keenam, mencari “instrumental support”. Misalnya mencari bantuan nasihat, bantuan atau informasi baik dari para ahli atau narasumber yang dapat dipercaya yang dapat membantu dalam menyelesaikan tekanan emosi yang dialami. Upayakan untuk tidak meminta bantuan kepada orang yang tidak dapat dipercaya, karena kerapkali akan menimbulkan masalah baru.
Ketujuh, menerima sumber stress. Mengakui bahwa peristiwa pandemik atau apapun yang terjadi adalah takdir yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Bersikap menerima (acceptance) juga membentuk rasa kepasrahan, yang akan menimbulkan rasa “kecil” kita sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Kedekatan kita kepada Allah Yang Maha Esa akan menjadi sumber kekuatan utama di saat perasaan tak berdaya sebagai manusia muncul. Latihlah diri kita untuk mendekatkan diri kepadaNya. Mintalah pertolonganNya untuk memberikan rasa pasrah dan ikhlas atas cobaan ini,” tandasnya.Ketujuh langkah di atas adalah ikhtiar dan upaya yang dapat dilakukan setiap individu di saat menghadapi tekanan emosi dan stressor apapun yang dihadapi dalam kehidupan ini. Terlepas dari semua itu, maka upaya untuk mengatasi masalah stress akan kembali kepada diri kita masing-masing. Kedekatan kepada Tuhan adalah langkah paripurna dalam upaya mengendalikan stressor apapun yang dihadapi. (Awl/Zul)