Cara Mahasiswa KKN Universitas Jember Tekan Angka Stunting, Manfaatkan Potensi Desa
Jember – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaboratif di desa Sucopangepok kecamatan Arjasa kabupaten Jember kenalkan ibu-ibu setempat dengan ragam makanan olahan berbahan baku daun kelor. Salah satunya adalah puding daun kelor. Kegiatan pelatihan ini dilakukan di balai desa Sucopangepok yang diikuti oleh ibu-ibu kader posyandu beserta perwakilan dari masing-masing dusun.
“Kegiatan ini kami lakukan dalam rangka mendukung pemerintah menurunkan dan mencegah terjadinya kasus stunting dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat sekitar. Seluruh peserta berasal dari 9 dusun yang ada di Sucopangepok,” ujar Huda Abdu Aziz kordinator desa KKN Kolaboratif desa Sucopangepok Jember (31/07).
Menurut Huda potensi daun kelor yang ada di Sucopangepok cukup besar. Pasalnya, hampir semua rumah memiliki pohon kelor yang rimbun. Namun sayangnya selama ini daun kelor tidak banyak dimanfaatkan oleh warga desa selain hanya dijadikan sayur bening.
“Bisa jadi karena keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap nilai gizi pada daun kelor menjadi faktor utuma. Padahal selama ini daun kelor dikenal sebagai tanaman yang ampuh dalam mengatasi stunting pada bayi. Bahan yang sangat murah dan mudah,” imbuh Huda.
Sementara itu Valentino Dimetri selaku koordinator kegiatan, menyayangkan karena selama ini warga hanya menjadikan daun kelor sebagai sayur bening. Padahal menurut mahasiswa program studi Teknologi Pertanian Universitas Jember ini daun kelor masih bisa diolah menjadi jajanan yang digemari anak-anak seperti halnya puding atau masyarakat desa sering menyebutnya goder.
“Puding atau agar-agar ini cara buatnya sangat mudah dan biayanya pun sangat murah. Hampir disemua toko desa jual bahannya, selain daun kelor sebagai bahan utamanya yang gratis. Daripada anak-anak jajan makanan tidak jelas lebih baik jadikan puding kelor sebagai bekal sekolah mereka,” ujar Valen.
Tria Dewi A.Md bidan desa Sucopangepok memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Menurutnya kegiatan ini akan membuka wawasan bagi para ibu-ibu bagaimana cara memanfaatkan daun kelor yang disukai anak-anak.
“Kalau hanya sayur bening biasanya anak-anak bosan. Berbeda halnya jika kemudian dijadikan jajanan yang enak. Selain bisa dimakan langsung oleh anak-anak juga bisa dibawa ke sekolah sebagai bekal. Pasti mereka lebih suka daripada hanya sekedar sayur bening,” ujar Tria. (mun)