Untuk menjadi guru dan membagikan ilmu, tidak harus berlatar belakang jurusan pendidikan
Membuat keputusan adalah hal sulit begitu pula jika dihadapkan pada dua pilihan antara iya dan tidak. Setiap keputusan yang diambil akan menjadi konsekuensi yang akan diterima. Meski demikian, saya percaya bahwa niat baik akan selalu memberikan hal yang baik dan kesempatan tidak boleh dilewatkan begitu saja karena belum tentu terulang kedua kalinya. Disinilah cerita saya dimulai, Kampus Mengajar angkatan 2.
Perkenalkan saya Rifa Nurmaulida, biasa dipanggil Rifa mahasiswa FISIP Universitas Jenderal Soedirman. Menjadi mahasiswa bagi saya adalah kesempatan berharga apalagi bila diberikan kesempatan berkontribusi dalam berbagai kegiatan. Program Kampus Mengajar memberikan pengalaman yang begitu luar biasa dan tak terlupakan. Saya awalnya ragu ketika ingin mendaftar sebagai peserta khawatir ditempatkan dilokasi yang begitu jauh dari domisili dan berbagai macam ketakutan lainnya. Namun saya mantapkan hati saya untuk mengabdi, mengabdi pada masyarakat dan membantu sesama khususnya bidang pendidikan. Program ini bagi saya sangatlah mulia, generasi muda turut serta membantu kendala pendidikan apalagi saat masa pandemi berlangsung.
Saya ditempatkan di SDN 5 Cingebul, Lumbir, Banyumas bersama 6 rekan saya yang berasal dari universitas yang berbeda-beda. Senang rasanya bisa mendapat keluarga baru lagi, kebutulan selama mengajar saya tinggal satu rumah bersama teman-teman sehingga membuat kedekatan antara kami semua. Awalnya saya tidak suka memasak, jarang sekali mengerjakan pekerjaan tapi dari sini saya belajar hidup bersama dan prihatin dan itu membawa pengaruh bagi saya hingga saat ini, saya bersyukur program ini membawa pengaruh baik bagi saya.
Sekolah tempat saya mengabdi secara infrastruktur cukup baik meski ada beberapa gedung yang sudah tidak layak pakai karena ada bencana gempa bumi yang menggeser lapisan bawah tanah. Namun sangat disayangkan dalam bidang pendidikan baik administrasi dan wawasan siswanya masih dirasa belum memadai. Ketika observasi awal saya dan rekan-rekan saya berkeliling untuk mengetahui kondisi sekolah, yang menjadi miris adalah bagian perpustakaan yang sama sekali tidak dirawat banyak buku yang sudah tak layak pakai, atap perpustakaan jebol, bahkan banyak kotoran binantang. Kemudian ada cerita lagi ketika saya mengajar, saya mencoba mengetes perkalian kepada anak kelas 5 saat itu banyak yang kesulitan menghitung padahal perkalian kelipatan 3, ditambah beberapa siswa ada yang belum bisa membaca sama sekali. Masa pandemi ini memang berpengaruh sekali bagi perkembangan siswa, karena semakin tidak diperhatikan kualitas siswa-siswa akan semakin menurun.
Saya dan rekan-rekan bertekad untuk memperbaiki dan membantu tata kelola sekolah ini agar lebih baik dari sebelumnya. Kami membagi tugas untuk penanggungjawab perbaikan administrasi, literasi dan numerasi, dan adaptasi teknologi meski dalam pelaksanaanya dilakukan bersama-sama. Pertama dari administrasi, perbaikan utama adalah kondisi perpustakaan agar layak pakai dan nyaman bagi siswa, kami mulai membersihkan dan menata buku selain itu juga memberikan nomor inventaris buku dan kartu peminjaman agar lebih tertata dengan baik. Perlahan kondisi perpustakaan mulai membaik dan saya sering mengajak siswa untuk belajar di sana, siswa nyatanya sangat senang karena memiliki pengalaman baru belajar selain di kelas. Kedua terkait pembelajaran literasi dan numerasi, siswa di sekolah tersebut masih kurang dalam pemahaman dan matematika. Saya dan rekan-rekan membuat kartu literasi dan numerasi untuk siswa. Saya perlahan mengajarkan perkalian dan public speaking pada siswa awalnya mereka malu dan takut setelah berjalan 2 minggu siswa menjadi aktif dan senang di ajar oleh kami. Sistem pembelajaran sekolah ini dilakukan secara hybrid daring dan luring dengan komposisi 50:50 agak sedikit kesulitan terutama di kelas daring karena banyak orang tua yang hpnya tidak memadai, sekalipun memadai tidak bisa mengoperasikannya. Selama ini pembelajaran daring hanya melalui whatsapp grup guru mengirim soal dan siswa mengirim jawaban. Saya dan rekan-rekan berinisiatif untuk mengadakan les tambahan guna mengejar ketertinggalan materi-materi yang dilaksanakan setiap sore. Adaptasi teknologi tetap kami lakukan perlahan dengan membuatkan siswa akun email dan mengajarkan penggunaan google form, pegoperasian laptop, dan aplikasi belajar dari web. Awalnya protes banyak dikeluhkan para oran tua siswa namun saya dan rekan-rekan berusaha sebisa mungkin membantu dan memberikan pemahaman. Siswa sudah mulai terbiasa belajar dari platform pendidikan di web dan perlahan tahu cara mengoperasikan laptop, pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan tugas, namun powerpoint bersuara dan menarik diberikan kepada siswa sehingga siswa punya pengalaman belajar yang baru, bagi saya itu adalah sebuah kemajuan.
Pembelajaran tidak melulu soal materi, maka saya dan rekan-rekan saya berinisiatif untuk mengadakan outdoor class agar siswa bersemangat dan punya pengalaman baru. Salah satunya adalah belajar menanam, siswa sangat antusias melaksanakan kegiatan ini. Dari kegiatan ini juga saya mengajarkan poin dan nilai penting merawat tanaman, selain itu juga ada kegiatan-kegiatan lain yang mengajarkan karakterter dan kepribadian siswa yang baik seperti lomba-lomba, peringatan hari besar nasional, dan masih banyak lagi. Pengalaman kampus mengajar bagi saya tidak terlupakan, dari sini saya mendapat banyak begitu pelajaran dan relasi. Meski bukan berlatar belakang dari jurusan pendidikan saya senang bisa menjadi seorang guru dan membagikan ilmu yang saya dapat. Para guru di sekolah ini juga menerima kami semua dengan baik dan mendukung proker-proker yang dijalankan. Melalui program ini saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi, meningkatkan kemampuan komunikasi saya, belajar bertanggungjawab dan hidup sederhana. Pada intinya program ini adalah salah satu langkah untuk menciptakan generasi unggul karena memiliki banyak manfaat tidak hanya dari mahasiwa, tapi juga siswa, guru, dan pihak-pihak terkait.