close

Mengukir Kebermanfaatan, Menjaga Asa Perubahan Melalui Kampus Mengajar

Pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, maka bagi saya menjadi seorang guru adalah pengalaman terbaik. Melalui program Kampus mengajar ini menggugah semangat saya untuk ikut turun tangan mengambil peranan. Mengingat dalam proses keberhasilan saya selama pendidikan adalah berkat guru-guru yang hebat. Untuk itu, saya ingin meneruskan apa yang telah diajarkan mereka dan membagikan ilmu atas apa yang sudah dari dulu saya terima.

Nama saya Indah, saya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon yang juga peserta program Kampus Mengajar angkatan 3 yang bertugas di SDN 4 Tenajar, Desa Tenajar, Kabupaten Indramayu. Sekolah ini ada di wilayah pelosok dengan akses jalan yang belum bisa dikatakan baik. Kemudian, dari segi bangunan sekolah, fasilitas, dan SDM tenaga pendidik juga kurang begitu memadai.

Ada cerita unik yang menyita perhatian kami saat kami bertemu dengan pak RT untuk mengurus perizinan tinggal selama kami bertugas, beliau bercerita bahwasanya sekolah tempat kami bertugas hampir saja ditutup karena SDM yang kurang memadai. Menurutnya, SDN 4 Tenajar sudah berdiri sejak zaman Soeharto yang dulunya biasa disebut dengan SD Inpres, dengan begitu SD ini tidak jadi ditutup dan masih beroperasi sampai dengan sekarang.  Ya, SDN 4 Tenajar memiliki nilai histori yang membuatnya masih berdiri dengan kokoh meski telah banyak kendala menghadang. Dari mulai jumlah siswa yang kurang dari kapasitas hingga kesulitan untuk merenovasi bangunan sekolah karena perizinannya.  Hal ini membuat hati kami tergerak untuk memberikan perubahan dan kemajuan terbaik agar SD ini bisa selalu berdiri kokoh dan kualitas peserta didiknya yang tidak lagi diragukan.

Selama penugasan berlangsung, saya tidak hanya menjadi sosok guru untuk peserta didik, akan tetapi juga menjadi seorang kakak dan sahabat untuk mereka berbagi cerita. Semangat mereka untuk belajar seakan menjadi suplemen penambah penyemangat  juga untuk saya. Saat melihat senyum tulus mereka, keceriaan mereka, membuat hati saya tergerak untuk selalu mengusahakan yang terbaik untuk mereka. Bahkan jarak tempuh ke sekolah yang lumayan jauh tidak terasa lelahnya jika sudah bertemu mereka yang selalu antusias dengan kedatangan kami.

Baca Juga :  Cerita Mahasiswa UNAIR Lolos IISMA di Kampus Top 3 Korea Selatan

Saat observasi di kelas kami mendapati banyak siswa yang belum bisa membaca dan menulis. Untuk itu program utama yang kami buat adalah Penguatan kemampuan Literasi dan Numerasi siswa. Program ini sudah berjalan sejak Minggu kedua kami datang bertugas di sekolah. Kami menerapkan kebiasaan literasi 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, hal ini ditujukan agar siswa memilikinya kegemaran membaca buku. Kemudian untuk yang belum bisa membaca, kami khususkan mereka untuk belajar setelah KBM berakhir pada saat seluruh siswa yang lain sudah pulang. Kami lakukan secara rutin, untuk memperoleh progresif yang signifikan bagi siswa.

Lalu untuk siswa yang belum bisa berhitung, belum lancar berhitung, setiap pulang sekolah kami adakan tebak-tebakan perkalian untuk mengasah kemampuan berhitung siswa. Kami juga menggunakan metode-metode lain agar siswa tidak bosan dan jenuh dalam belajar. Untuk itu kami menggunakan media pembelajaran papan angka untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar.

Kemudian, untuk mendukung program penguatan literasi dan Numerasi ini, kami mengadakan kegiatan Les. Kegiatan Les kami adakan di tempat tinggal rumah kontrakan kelompok mahasiswa Kampus Mengajar selama bertugas di Desa penempatan. Les ini diadakan untuk seluruh siswa-siswi SD Negeri 4 Tenajar yang bertujuan untuk memberikan tempat di luar sekolah guna memperdalam peningkatan kemampuan literasi dan numerasi, serta pelajaran matematika, Bahasa Inggris, Buku Tema, dan mata pelajaran lainnya. Dengan adanya program ini akan lebih mempererat hubungan antara mahasiswa dan peserta didik. Antusias para siswa pun sangat tinggi, setiap jadwal les banyak dari para siswa yang datang untuk belajar.

Selama proses pembelajaran, tidak semuanya bisa saya dan teman-teman lewati dengan lancar tanpa kendala. Kondisi siswa yang kadang berisik di kelas, siswa yang susah untuk diajak belajar, siswa yang malas mengerjakan tugas serta siswa yang sulit sekali diatur. Kadang, hal itu sangat membuat lelah. Hal ini membuat saya sendiri tersadar jika menjadi guru ternyata tidak semudah yang dibayangkan, tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Harus memiliki kesabaran yang tinggi, kemampuan untuk mengkondisikan siswa, kemampuan untuk membuat pembelajaran jadi interaktif dan banyak hal lain yang harus saya pelajari.

Baca Juga :  Ayu Sabrina (Wisudawan UNDIP): Setiap Orang Berhak untuk Merdeka dalam Berprestasi

Dahulu, sebelum turun langsung mengajar, rasanya masih belum menyadari akan besarnya pengorbanan seorang guru. Dahulu, sebelum seringnya berinteraksi dengan para guru dan berbagi inspirasi, penghormatan kepada mereka belum banyak saya beri. Kini saat sudah menjalaninya sendiri Saya sadar dengan pekerjaan yang hebat ini pantaslah jika guru disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”. Seorang guru harus menjadi orang tua kedua, perencana kegiatan belajar, seseorang yang dituntut pandai berkomunikasi, berpikir jauh ke depan, mengorganisasi sebuah kelas, ataupun sosok yang bisa mengayomi. Sosok yang bisa memberi kebahagiaan bagi muridnya, serta menyebarkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.

Saya dan teman-teman juga ikut merasakan kasih sayang, diayomi, segala program yang kami berjalan dengan lancar berkat bantuan ibu dan bapak guru SDN 4 Tenajar. Bapak dan ibu semua sudah menjadi orang tua kedua kami selama kami di tempat penugasan, dalam beberapa kesempatan kami dibuatkan makanan untuk kami bawa pulang seusai bertugas. Makanan yang sederhana namun berbalut dengan kasih sayang.

Begitupun dengan siswa-siswa, pada saat pembagian rapor, saya dan teman-teman datang ke sekolah sekaligus berpamitan karena penugasan kami akan usai. Para murid dengan mata yang berkaca-kaca mengerubungi kami dan salah satu diantaranya berkata “Ibu, jangan lupakan kami ya. Kami sayang Ibu, makasih udah mau sabar ngajarin kami di sini. Sampai ketemu lagi ya Bu”. Kemudian, siswa perempuan yang menenteng buku rapornya dan berlari menuju kami dengan senyuman paling ceria yang pernah kami lihat. “Ibu, saya dapat peringkat 4, ini semua berkat ibu. Makasih ya ibu sudah mau mengajar saya”, ucapnya sembari memberi pelukan. Padahal kami hanya menjadi jembatan perantara untuk mereka mendapatkan hasil terbaik dan menggapai segala cita-cita mereka. Mereka hebat dengan usaha dan kegigihan yang mereka sendiri punya. Kami bangga, saya bangga dengan siswa-siswi SDN 4 Tenajar.

Saat kami berpamitan dengan guru-guru, rasanya seperti melihat wajah bapak dan ibu kami di rumah, kami seperti seorang anak yang meminta izin kepada orang tuanya untuk kembali mengejar cita-cita. “Hati-hati di jalan ya nak, semoga kalian menjadi orang-orang yang hebat. Kami selalu mendoakan yang terbaik untuk keberhasilan kalian,” pesan salah seorang guru.Masa penugasan saya di Kampus Mengajar adalah sebuah kenangan yang sangat manis. Mengikuti Kampus Mengajar di SDN 4 Tenajar adalah pengalaman terbaik saya yang saya jamin tidak akan dilupakan sepanjang hayat. Saya berharap dengan dampak yang saya dan teman-teman berikan di SDN 4 Tenajar, dapat menjadikan SDN 4 Tenajar lebih baik lagi. Terima kasih Kampus Mengajar!