Marhamdani, Calon Dokter Berprestasi Anak Buruh Tani
Siapa yang berusaha maka ia akan memperoleh hasilnya. Sepertinya ungkapan ini tepat menggambarkan perjuangan seorang Marhamdani, Calon Dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Marhamdani atau yang biasa dipanggil Marham oleh teman-temannya adalah anak seorang Buruh Tani. Menjadi Dokter awalnya menjadi mimpi yang tadinya akan dia simpan begitu saja. Namun Negara tidak membiarkan potesi dan kecerdasan Marhamdani terbuang sia-sia. Melalui beasiswa Bidikmisi, perlahan tapi pasti Marham menapaki jalannya untuk menjadi Dokter. “Awalnya saya merasa tidak percaya diri memilih Fakultas Kedokteran karena khawatir tentang biaya,”ungkapnya. Namun berkat dorongan dari Gurunya semasa SMA dan beasiswa Marham membulatkan tekad masuk Fakultas Kedokteran UNSOED.
Perjalanan Marham dimulai sejak menempuh S1 Pendidikan Dokter. Ia menjalani dengan penuh tekad dan semangat. Berbekal sepeda sederhana, Marham mengayuh harapannya setiap hari. Pesan ayah dan almarhumah ibunya menjadi penambah semangar setiap saat. “Orang tua adalah penyemangat saya, ayah yang seorang buruh tani dan ibu yang dulu sebelum meninggal sempat sakit cukup lama sempat bilang bahwa ingin anaknya menjadi dokter,”ungkapnya. Marham berhasil menjadi lulusan terbaik S1 Pendidikan Dokter dengan IPK 3,92 dan saat ini sudah menyelesaikan semua stase koasnya. “Alhamdulillah saat ini saya sudah menyelesaikan semua stase koas dan akan mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter pada Bulan November besok,”jelasnya.
Di kalangan teman-temannya, Marham dikenal sebagai sosok yang sederhana dan ,cerdas. Bahkan ada salah seorang temannya yang tidak ragu-ragu menjuluki Marham sebagai ‘buku berjalan’karena penguasaannya terhadap materi. Marham juga sosok yang mudah memberikan bantuan tentang materi perkuliahan apabila ada temannya yang bertanya. Di sisi lain Marham juga merasa bersyukur bahwa semua teman-temannya terbuka dan saling mendukung. “Saya sama sekali tidak memiliki kesulitan untuk berproses bersama teman teman saya, terutama teman-teman seangkatan karena semua saling mendukung,” tutur Marham.
Selama perkuliahan Marham menceritakan, harus pandai mengatur beasiswa. Separuh uang beasiswa digunakan untuk membayar kos, sedangkan sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Marham mengaku tak mengandalkan kiriman uang dari orangtuanya. Sebab, besaran kiriman uang dari orangtuanya tergantung dari masa panen lahan orang yang digarap.
Kini, anak buruh tani yang sederhana itu selangkah lagi akan menjadi dokter. Tekad kuat yang ditancapkannya tak pernah berubah. Ia ingin menjadi dokter yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi sesama. “Semoga kelak saya dapat menjadi dokter yang baik dan memberikan manfaat yang besar bagi sesame,”jelasnya.