Mahasiswa KKN-T IPB University di Desa Banjarwangunan Jalankan Program Pengembangan Posyandu Desa
Mahasiswa IPB University yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) menjalankan program Pengembangan Posyandu Desa (PPD) di Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. PPD merupakan salah satu program delapan mahasiswa IPB University berkaitan gizi dan kesehatan yang terbagi atas dua kegiatan utama, yaitu pemberian tenaga bantuan pada bulan penimbangan dan penyuluhan terkait antropometri dan status gizi balita SKDN terhadap kader posyandu.
“Tenaga bantuan yang dimaksud adalah bantuan sumber daya manusia (SDM) untuk membantu kader-kader posyandu selama bulan penimbangan. Tenaga bantuan diberikan kepada empat posyandu yang berada di Desa Banjarwangunan,” ujar Alvin Wijaya, perwakilan mahasiswa KKN-T IPB University.
Ia menambahkan, beberapa kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa bersama kader posyandu pada bulan penimbangan antara lain penimbangan bayi dan balita, pengisian kartu posyandu, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), hingga pengisian Sistem Informasi Posyandu (SIP).
“Selain bertujuan untuk membantu kegiatan bulan penimbangan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengobservasi keadaan umum posyandu. Seperti bagaimana ketersediaan dan kelayakan alat ukur, pengisian SKDN dan keaktifan masyarakat terhadap bulan penimbangan yang diadakan posyandu,” imbuh Alvin.
Kegiatan ini, sebutnya, juga diharapkan mampu membentuk ikatan sosial antara mahasiswa KKN-T IPB University dengan para kader posyandu. Sehingga kegiatan ataupun program lainnya yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan dapat berjalan dengan koordinasi yang lebih kuat antara kedua belah pihak.
Program PPD juga diisi dengan penyuluhan, pelatihan mengenai pengukuran antropometri dan pengisian SKDN. Alvin mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah menyegarkan kembali ingatan para kader posyandu mengenai tata cara pengukuran berat badan, tinggi badan dan panjang badan, serta pengukuran lingkar lengan atas yang baik dan benar guna menghindari bias hasil selama pengukuran.
“Materi SKDN diberikan sebagai respon terhadap rendahnya angka kesadaran kader terkait pentingnya pengisian SKDN. SKDN ini penting sebab menjadi tolak ukur keberhasilan program suatu posyandu. Adanya tolak ukur ini dapat menjadi salah satu gambaran bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi kerja dari bidang kesehatan dalam suatu periode tertentu,” pungkasnya. (*/Rz)