Peneliti IPB University Kembangkan Inventpro® untuk Test PCR yang Cepat dan Murah
Sejumlah peneliti IPB University berhasil mengembangkan enzim Reverse Transcriptase (RT) inventpro untuk keperluan molekuler. Para peneliti IPB University tersebut terdiri dari Dr Joko Pamungkas, dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan, Dr Uus Saepuloh dan Dr Diah Iskandriati, keduanya merupakan peneliti di Pusat Studi Satwa Primata – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PSSP-LPPM) IPB University, menggandeng mitra bisnis PT Biomedical Technology Indonesia (PT BMTI).
Dr Joko Pamungkas menjelaskan, enzim RT inventpro merupakan produk yang bermanfaat untuk menyintesis untai deoxyribonucleic acid (DNA) dari Ribonucleic acid (RNA). Dalam teknologi bio-molekuler, proses ini sangat penting aplikasinya dalam berbagai teknik, salah satunya adalah teknik polymerase chain reaction (PCR) yang prinsipnya memanfaatkan proses penggandaan jumlah DNA sehingga diperoleh jumlah cukup yang bisa dideteksi. Teknik PCR ini tidak bisa menggandakan RNA, sehingga diperlukan enzim RT untuk mengubahnya menjadi DNA.
Produk enzim ini dihasilkan dari bahan gen sintetik dengan modifikasi pada beberapa asam aminonya dan diproduksi menggunakan sistem ekspresi Escherichia coli. “Sensitivitasnya telah teruji pada berbagai pemeriksaan pendeteksian virus, termasuk secara spesifik teruji pada deteksi SARS CoV-2, virus penyebab COVID-19. Saat kami sandingkan pemeriksaan side-by-side dengan produk komersial kualitas premium, hasilnya sangat baik” ujar Dr Joko Pamungkas.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan, periode simpan pada suhu yang direkomendasikan, telah diuji dan terbukti dapat mempertahankan fungsinya dalam sintesis DNA komplementer. Pada suhu tersebut, enzim tetap terjaga dengan baik selama minimum dua tahun.
Karena produksi dilakukan di dalam negeri, enzim RT inventpro mudah diperoleh dengan harga yang lebih terjangkau. Kata Dr Joko, produk ini juga diandalkan keunggulannya sebagai pendongkrak TKDN alias Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk produk dalam negeri lain yang memanfaatkannya.
“Ketersediaan enzim ini akan meningkatkan pengetahuan di bidang biologi molekuler, karena bersama dengan enzim lain, memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan teknik cloning serta perunutan dan karakterisasi RNA,” terang Dr Joko Pamungkas, pakar Virologi dari IPB University.
Saat ini, lanjut Dr Joko Pamungkas, ketersediaan enzim RT sepenuhnya disuplai oleh pihak industri komersial luar negeri. Sehingga, semua kegiatan penelitian maupun pemanfaatan enzim RT di Indonesia sangat bergantung kepada impor reagensia ini. Keadaan ini kurang menguntungkan dan membuat ketergantungan atas enzim RT sepenuhnya dari luar negeri. (SMH)