ITS Luncurkan Inclinometer, Alat Pengukur Kemiringan Tanah untuk Industri
Kampus ITS, ITS News – Divisi Inkubator dan Inovasi Teknologi yang bernaung di bawah Departemen Teknik Instrumentasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meresmikan Program Pengembangan Piranti Inclinometer Sistem Mandiri. Peresmian digelar langsung di halaman gedung perusahaan mitra PT Teknindo Geosistem Unggul, Rabu (10/11).
Inclinometer merupakan teknologi yang digunakan untuk menganalisa dan menghitung kemiringan tanah. Namun beberapa industri yang bergerak di bidang konstruksi tanah seperti PT Teknindo Geosistem Unggul, masih mengimpor alat tersebut dari luar negeri. Bila terjadi kerusakan alat, perusahaan juga diwajibkan mengirimkan alat ke negara asal untuk diperbaiki dan memakan waktu lama. “Pemakaian produk lokal juga dapat menghemat biaya pengeluaran industri,” ucap Murry Raditya ST MT, ketua tim Divisi Inkubator dan Inovasi Teknologi ITS.
Pengembangan piranti untuk digunakan oleh PT Teknindo Geosistem Unggul ini sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam optimalisasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam pengadaan barang dan jasa. Dikutip dari siaran pers Kementerian Perindustrian (Kemenperin), industri harus menggunakan produk dalam negeri setidaknya 43,3 persen dari total kesuluruhan piranti dan ditargetkan akan naik menjadi 50 persen pada tahun 2024.
Lebih lanjut, dosen Departemen Teknik Instrumentasi ini menambahkan bahwa inclinometer ini telah berbasis internet of things (IoT) sehingga dapat memantau hasil data pengukuran pada jarak jauh. Hasil pengukuran akan terbaca secara real time melalui server khusus yang telah disediakan dengan akurasi di atas 95 persen. “Server khusus ini akan menjaga keamanan data agar tidak mudah dicuri,” jelasnya.
Dalam penggunaannya, lanjut Murry, tanah perlu dibor terlebih dahulu hingga kedalaman tertentu lalu casing inclinometer berupa pipa ditancapkan hingga batas titik pengukuran. Selanjutnya, probe sensor akan dimasukkan ke dalam pipa. Probe sensor nantinya akan terus bergerak naik ke permukaan mengikuti arah kemiringan tanah. “Probe sensor akan mengirimkan data ke reciever yang selanjutnya terbaca di software untuk dianalisa kembali,” paparnya.
Murry bersama Ir Dwi Oktavianto Wahyu Nugroho ST MT dan 13 mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS lainnya berhasil membuat alat ini hingga selesai dalam kurun waktu 10 bulan. “Alat ini juga cocok diterapkan dalam sistem perencanaan longsor di Indonesia,” ujar Murry.
Terakhir, Murry berharap bahwa inovasi ini dapat diaplikasikan pada bidang ilmu lain yang berkolerasi dengan pergeseran tanah. Ia juga berharap agar ke depannya alat ini bisa dikembangkan lebih luas di Indonesia. “Semoga alat ini mampu memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia,” tuntasnya. (HUMAS ITS)