close

UGM Dorong Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Lewat Merdeka Belajar

Mahasiswa di lingkungan UGM yang sudah memasuki semester 5, 6 atau 7 berkesempatan untuk mengikuti  program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Kemendikbud-Ristek. Program ini memungkinkan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan bidang profesi yang ingin ditekuninya  setelah lulus. Di program MBKM tersebut mahasiswa bisa mengikuti berbagai pilihan kegiatan mulai dari program kuliah di lintas prodi baik di dalam dan luar kampus, pelatihan kewirausahaan, magang perusahaan, ikut berbagai projek dan perlombaan, pertukaran mahasiswa, ikut kegiatan aksi kemanusiaan, mengabdi sebagai pengajar, atau melaksanakan KKN membangun desa selama 6 bulan. Kegiatan tersebut nantinya diakui sebagai bagian dari kredit mata kuliah yang dimasukkan dalam transkrip nilai ijazah.  

Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek RI, Prof. Ir. Nizam M.Sc., Ph.D., mengatakan program Merdeka Belajar  memberi ruang bagi mahasiswa untuk menggali potensi dirinya untuk selalu bersemangat meraih cita-cita. Sebab, dalam program kampus merdeka, mahasiswa selain belajar dalam kelas, mereka berkesempatan belajar di laboratorium dan workshop serta belajar di kampus kehidupan sebagai dunia yang akan dimasukinya kelak. “Kredit mata kuliah dari MBKM ini bagian dari kesarjanaan mereka, tidak menambah masa studi namun memperkuat kompetensi,”kata Nizam dalam webinar Ayo Grebeg MBKM, Jumat (6/8).

Ia menyampaikan bahwa mahasiswa berkesempatan selama 3 semester untuk ikut kegiatan MBKM belajar di luar prodi kuliahnya. Menurutnya, mahasiswa yang ikut secara penuh dari sembilan program kegiatan MBKM maka akan diakui sebagai kredit mata kuliah 20 sks.   

Baca Juga :  Teken Kontrak Hibah Penelitian dan PkM Dosen, Universitas PGRI Palembang Peringkat II Judul Terbanyak di LLDIKTI

Kuliah lintas prodi ini menurut Nizam akan menambah pengetahuan dan kompetensi mahasiswa terhadap hal-hal yang ingin ia pelajari di luar prodi. Ia mencontohkan misalnya mahasiswa yang ingin menjadi pengusaha di teknologi informasi ia bisa juga mempelajari soal bisnis, marketing hingga komunikasi di fakultas lain. “Harapannya mereka punya fondasi lebih pas sesuai dengan yang dicita-citakan,”ungkapnya.

Selain kuliah lintas prodi, mahasiswa juga bisa ikut program pertukaran mahasiswa atau kuliah di luar kampusnya sehingga si mahasiswa bisa mengenal mahasiswa di kampus lain dan mengenal potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Tidak hanya itu, ada program magang kerja di industri maupun lembaga yang memungkinkan mahasiswa bisa menekuni bidang tertentu yang disukainya. Nizam juga mengajak mahasiswa untuk berkesempatan menjadi pengajar di pelosok negeri dengan mengikuti program Kampus Mengajar dimana saat ini ada 35 ribu mahasiswa yang mengikuti program tersebut.

Menurut Nizam, keikutsertaan mahasiswa dalam MBKM ini diharapkan akan menghasilkan lulusan dengan kemampuan SDM yang unggul melalui peningkatan capaian pembelajaran lulusan baik dari sisi hardskill, softskill dan social skill.   

Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto, Ph.D., mengatakan mahasiswa yang kuliah di pendidikan vokasi setelah lulus nantinya tidak hanya bekerja dengan hanya mengandalkan ijazah, namun menyertakan kompetensinya terkait pengalaman yang sudah ia pernah lakukan. Oleh karena itu, pihaknya juga mendorong munculnya lulusan yang lebih banyak terjun jadi wirausaha. “Di program vokasi, kita dorong lahirnya wirausaha yang hebat. Hampir 90 persen dana di dunia ini diperebutkan oleh 10 persen wirausaha sehingga kesempatan besar di wirausaha meski risikonya juga besar,”katanya.

Baca Juga :  Pembekalan Program Pembinaan Dan Pengembangan Wilayah Seni (P3Wilsen) LPPM Yogyakarta 2021

Pengembangan softskill dan karakter melalui MBKM diharapkan mahasiswa memiliki pengalaman dan kemampuan khusus dalam memecahkan sebuah persoalan baik di perusahaan maupun di tengah masyarakat. “Kita harapkan nantinya setelah lulus, mereka bisa mengatakan aku bisa ini, bukan aku sudah belajar ini. Jika hanya mengandalkan ijazah tanpa hardskill, softskill dan karakter sangat disayangkan,”imbuhnya.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan, Prof.Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, menyampaikan seluruh kegiatan MBKM oleh Kemendikbud Ristek diakui sebagai tolak ukur indikator kinerja utama (IKU) universitas, non IKU dan sebatas kegiatan MBKM saja. Bagi mahasiswa mengambil mata kuliah di luar prodi tapi masih di lingkungan UGM termasuk sebagai skema non IKU. Prestasi mahasiswa dalam berbagai perlombaan baik nasional maupun internasional menurutnya bisa diakui sebagai IKU. “Mahasiswa yang ikut sembilan area MBKM selama 1-2 semester akan diakui IKU, termasuk juga 20 sks mata kuliah diluar UGM diakui sebagai IKU,”katanya.

Namun demikian, mahasiswa yang mengikuti kegiatan program MBKM tetap melalui proses pendaftaran, lalu diseleksi oleh mitra, apabila selesai dilaksanakan maka nilainya dikonversi ke sks untuk diinput sebagai hasil studi yang kemudian dilaporkan ke Dikti.