Implementasi Kampus Merdeka, Unpad Gagas Proyek “Membersamai Indonesia” Melalui Mata Kuliah Kewirausahaan Sosial
Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang digaungkan Kemendikbudristek telah membuka kesempatan bagi Program Studi Kesejahteraan Sosial (Kesos) FISIP Universitas Padjadjaran. Salah satu mata kuliahnya, Kewirausahaan Sosial, mulai dikembangkan ke arah metode Project Based Learning berskala nasional.
Mata kuliah yang sudah digelar sejak 2003 ini diampu oleh dua dosen Kesos Unpad, yaitu Dr. Hery Wibowo, M.M., dan Maulana Irfan, M.I.Kom. Mata kuliah ini menjadi salah satu ciri pembeda dengan prodi Kesejahteraan Sosial lain di Indonesia.
Pada semester ini, mata kuliah Kewirausahaan Sosial juga diikuti sejumlah mahasiswa dari luar prodi Kesos, di antaranya prodi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Ekonomi. Bahkan, mahasiswa dari prodi Kesejahteraan Sosial dari Universitas Muhammadiyah Malang juga berkesempatan mengikuti mata kuliah ini.
Hery menjelaskan, pendekatan proses belajar mengajar mata kuliah Kewirausahaan Sosial dilakukan dengan skema pembelajaran berbasis proyek. Skema dilakukan untuk dapat membantu mahasiswa mendapatkan kompetensi, meliputi pemahaman kognitif, penghayatan afeksi, serta keterampilan psikomotorik pada bidang kewirausahaan sosial.
Mahasiswa dibagi dalam sejumlah kelompok untuk melakukan sejumlah proyek mini di bawah payung program besar berjudul “Membersamai Indonesia”.
“Proyek ini bertujuan untuk membersamai (mendampingi/membantu/mendukung) beragam program pemerintah yang secara umum bertujuan untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial bangsa,” ujar Hery dikutip dari laman Unpad.
Salah satu isu yang difokuskan adalah pengembangan program untuk meningkatkan kualitas kewirausahaan. Mahasiswa melakukan proyek untuk penguatan kapasitas dan pendampingan para pelaku ekonomi kerakyatan.
Hery memaparkan, setiap kelompok mahasiswa akan membersamai minimal dua pelaku usaha. Ada beberapa kategori pelaku usaha yang akan dilakukan pendampingan, yaitu pelaku kerajinan rakyat, pelaku UMKM, wirausahawan pelajar, serta pelaku pariwisata yang terdampak pandemi.
Pendekatan pendampingan yang dilakukan adalah dengan skema Business Coaching. Skema ini berupa aktivitas yang bertujuan meningkatkan kinerja usaha mitra dampingan dengan mengedepankan interaksi interpersonal, komunikasi terarah, serta penjadwalan agenda capaian yang sistematis dan terukur.
Melalui skema ini, lanjut Hery, mitra yang didampingi diharapkan mendapatkan pencerahan wawasan, suntikan motivasi dan juga peningkatan keterampilan. Nantinya, mitra mampu meningkatkan kinerja bisnisnya.
“Menariknya program ini dilakukan di berbagai kota di Indonesia, berbasis lokasi tinggal dari mahasiswa, sehingga penyebaran program dapat dikatakan mendekati skala nasional,” imbuh Hery.
Setiap kelompok juga diminta menghasilkan aneka konten edukasi di bidang kewirausahaan sebagai bentuk pelayanan sosial. Konten ini diharapkan mampu memberikan pencerahan mengenai praktik kewirausahaan di era digital.
Mahasiswa juga didorong aktif mempromosikan usaha mitra melalui platform Instagram @membersamai.indonesia. Upaya edukasi juga akan dikembangkan melalui konten video di platform YouTube dan sejumlah artikel persuaif di laman www.membersamaiindonesia.wordpress.com.
Tidak hanya melakukan pendampingan, setiap kelompok juga didorong mengembangkan bisnisnya sendiri. Menurut Hery, upaya ini bertujuan untuk lebih memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai praktis kewirausahaan bisnis.
Ada berbagai target lain yang ingin dicapai melalui praktik kewirausahaan mandiri. Praktik bisnis tidak semata mencari profit, tetapi didorong untuk bisa mengombinasikan dengan visi sosial.
“Sikap positif yang diusahakan dibangun adalah kreativitas dan inovasi, daya tahan (resilience), serta kemampuan untuk tidak mudah menyerah sampai gagasan menjadi kenyataan (persistence),” kata Hery.
Terkait konteks keilmuan kesejahteraan sosial, mahasiswa belajar untuk terus mengasah jiwa sosial yang dibalut dengan kecakapan dalam mengembangkan inovasi sosial. Selain itu, mahasiswa didorong untuk menajamkan empati serta inisiatif sosial dalam memulai perubahan dan membangun solusi sosial.
“Karena memiliki kecakapan kewirausahaan sosial, adalah sebuah perbekalan penting bagi empowering profession di masa depan, khususnya yang menjadi garda terdepan penanganan masalah sosial di Indonesia,” pungkas Hery.(arm)*