Sandiaga Uno di Webinar DRRC UI: 4A+C1 Kriteria Pengembangan Desa Wisata
Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia (UI) memperingati Hari Pendidikan Nasional 2021 dengan menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI). Webinar bertajuk “Mengapa Desa Wisata harus Gercep, Geber, Gaspol? Kolaborasi Penta Helix Membangun Daya Saing Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19” menghadirkan narasumber Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA, MBA., Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (RI). Webinar dilaksanakan secara daring pada hari Minggu (2/5), dihadiri oleh lebih dari 200 peserta yang merupakan sivitas akademika UI, perwakilan dari Kemenparekraf, serta masyarakat Indonesia dari berbagai provinsi.
Pembicara lainnya pada webinar tersebut adalah Prof. dra. Fatma Lestari, MSi, Ph.D (Kepala DRRC UI), Ir. H. Kamrussamad, ST., M.Si (Anggota Komisi XI DPR RI), Slamet Budiyono (Kepala Desa Dieng Kulon), dan Ferdinandus Watu (Kepala Desa Detusuko Barat Ende NTT) dengan moderator Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si (Han) (dosen Fakultas Ilmu Administrasi/FIA UI).
dr. Agustin Kusumayati, MSc, PhD., Sekretaris Universitas, hadir mewakili Rektor UI dan memberikan sambutan sekaligus membuka acara. Menurut dr. Agustin, yang perlu dipersiapkan adalah masyarakat yang ada di lokasi pariwisata. Wisata dan bisnis merupakan salah satu sektor yang terdampak Covid-19. Saat ini, Indonesia sudah ada di era kebiasaan baru, dan mulai membuka diri atau menerima tamu di desa wisata. Salah satu persyaratan penting dari masyarakat desa adalah harus bisa meningkatkan ketahanan diri. Dari webinar ini bisa ditarik pelajaran dan inspirasi cara desa tersebut survive pada masa pandemi Covid-19.
Prof. Fatma memaparkan cara desa mempersiapkan diri dan bereaksi terhadap peluang yang muncul jika desa wisata dibuka kembali dan meningkatkan daya tahan desa. Ia mengatakan bahwa tim dosen UI dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan FIA UI telah menerbitkan buku saku berjudul Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19. Buku ini terbit atas kerja sama UI dengan Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Kesehatan RI, dan BNPB.
Menurutnya, peran perguruan tinggi melalui Kampus Merdeka menjadi penggerak desa wisata tangguh Covid-19 melalui salah satu bentuk kegiatannya membangun desa/kuliah kerja nyata tematik. Selain itu, melalui program Kampus Merdeka, sivitas akademika perguruan tinggi dapat mendorong percepatan Desa Wisata menjadi penggerak ekonomi, dan kemitraan multisektor melalui pendekatan penta helix mewujudkan Desa Wisata Tangguh Covid-19 dan Indonesia Bangkit.
Sandiaga menjelaskan bahwa desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Menurutnya, kriteria pengembangan Desa Wisata adalah adanya 4A+C1, yakni memiliki atraksi wisata unggulan; memiliki amenities/kelembagaan, memiliki aksesibilitas/sarana-pra sarana yang memadai; memiliki akomodasi wisata pendukung; dan memiliki keterlibatan masyarakat (community involvement).
“Pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah pariwisata yang memiliki kearifan lokal, pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, dan pariwisata yang berdampak positif terhadap lingkungan dan sosial baik masa kini dan masa depan. Saya menitipkan tiga hal kepada generasi muda untuk membangun desa wisata yang bersinergi yaitu 3C: commitment, competence, dan champion. Selanjutnya, kita harus punya platform untuk desa wisata yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” ujar Sandiaga.
Kamrussamad menyampaikan tiga upaya pemerintah dalam memajukan ekonomi desa yaitu DPR merumuskan Anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang merupakan bagian upaya mendorong kemajuan ekonomi desa; mendorong kebijakan Kemenparekraf dalam memajukan desa melalui kampanye Festival Desa Wisata (Anugerah Desa Wisata Indonesia); dan kebijakan APBN 2020-2021 selama pandemi dana desa tetap dialokasikan walaupun yang lain mengalami realokasi.
Ferdinandus Watu dalam presentasinya yang berjudul “Membangun Indonesia dari Desa: Menelisik Detusoko Ekowisata dalam Lensa Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Pasca Covid-19” memaparkan upayanya memulai membangun desa Detusoko. Sejak terpilihnya menjadi Kepala Desa, ia memiliki visi mewujudkan masyarakat desa Detusoko Barat yang berkarakter lokal, berdaya saing, mandiri berbasis pertanian terpadu dan eco-wisata dengan mengedepankan teknologi dan informasi menuju masyarakat adil dan sejahtera.
Beberapa program kerjanya yaitu memaksimalkan potensi pangan dengan menciptakan aneka kuliner lokal yang disajikan di Lepalio Cafe (Youth Creative Hub); memberdayakan dan mengedukasi 1.500 generasi muda desa Detusoko dengan pelatihan kewirausahaan berbasis potensi desa berkolaborasi dengan 30 komunitas, 15 Non-Governmental Organization (NGO), dan universitas dengan konsep home base training. “Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) memiliki dua unit usaha yaitu pariwisata (decotour.bumdeswisata.id) dan perdagangan (dapurkita.bumdesmart.id) yang sudah memiliki digital platform,” ujar Ferdinandus.
Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiyono menjelaskan kebangkitan ’Negeri di atas Awan’ pasca Covid-19 untuk mendukung kembali perekonomian nasional. Ia mengatakan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor industri yang terdampak selama pandemi Covid-19, padahal mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekenomian nasional. Untuk mendukung dua sektor industri tersebut agar dapat bangkit dan bertahan, Kemenparekraf menggencarkan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability). Sertifikasi CHSE kepada Homestay menjadi upaya para pemilik usaha dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat melalui brand image.