Dosen Muda IPB University Sebut Bungkil Kedelai Punya Potensi Tinggi sebagai Pakan Ternak
Nadzirum Mubin, SP, MSi yang merupakan dosen muda dari Departemen Proteksi Tanaman, IPB University melakukan kunjungan ke perusahaan di Kendal yang bergerak dalam penyedia bahan baku pakan ternak, 30/4. Secara umum, pakan merupakan komponen utama yang paling dibutuhkan dan merupakan komponen yang memakan biaya paling besar dalam usaha peternakan.
Unggas seperti ayam dan ruminansia seperti sapi merupakan salah satu ternak unggulan Indonesia. Kebutuhan daging dari kedua ternak tersebut sangat tinggi apalagi menjelang Idul Fitri. Sayangnya, kebutuhan pakan yang tinggi tidak dibarengi dengan ketersediaan bahan baku yang murah dan berkualitas.
Nadzirum berkesempatan untuk berkunjung ke salah satu perusahaan penyedia pakan ternak milik Najich Ahmad. Idenya itu muncul ketika Nadzirum mengikuti seminar Prof Nahrowi di Hotel Santika yang membahas tentang pakan alternatif untuk ternak dari bungkil kelapa sawit. Akan tetapi ketika membahas pakan, orang pertanian masih belum banyak yang diajak untuk berdiskusi. Hal tersebut yang mengusik Nadzirum untuk berkunjung ke salah satu perusahaan penyedia pakan ternak.
Pada umumnya, pakan dari serealia dilakukan penggilingan terlebih dahulu sehingga diperoleh tekstur yang lebih halus. Tekstur yang halus tersebut nantinya dimanfaatkan untuk bahan baku pakan.
Berdasarkan hasil pengamatan Nadzirum, perusahaan penyedia pakan yang dikunjunginya melakukan metode lain yaitu melakukan pengepresan pada bahan baku pakan. Sementara, hal yang menurutnya unik adalah bahan baku yang digunakan bukan dari kedelai yang utuh, tetapi berasal dari bahan sortiran yang biasa disebut menir kedelai.
Menurut Nadzirum, nilai tambah pada metode yang dilakukan yaitu adanya dua produk yang dihasilkan yaitu hasil press-an itu sendiri dan minyak kedelai. Ketika bahan pakan dilakukan penggilingan, minyak tersebut masih tersimpan di dalam bubuk kedelai hasil penggilingan, tetapi pada metode pengepresan diperoleh hasil samping berupa minyak sebagai nilai tambah.
Harga jual minyak kedelai lebih tinggi yaitu sekitar Rp 8300 per liter, sedangkan bungkil kedelai atau hasil meniran yang di-press berharga Rp 5400 per kilogram.
“Jika dibandingkan dengan pemanfaatan kedelai sebagai pakan secara langsung, kedelai utuh mempunyai nilai jual yang relatif mahal yaitu Rp 9000 per kilogram,” ujar Nadzirum.
Dengan kandungan protein pada kedelai, lanjutnya, yaitu 36 persen dan harga yang tinggi, para peternak lebih memilih bungkil kedelai sebagai pakan alternatifnya. Bahkan diketahui kandungan protein dari bungkil kedelai meningkat setelah dilakukan pengepresan yaitu mencapai 46 persen.
“Harga bungkil yang murah dan kandungan protein yang lebih tinggi membuat peternak unggas semakin gandrung dengan bungkil kedelai ini,” pungkasnya. NM/RA)