Webinar FFUI Hadirkan lmuwan Diaspora
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) melalui Program Pascasarjana Magister Herbal melaksanakan Webinar Ilmuwan Diaspora dengan tajuk “Cutting the Edge of Advanced Pharmacy”. Webinar dilaksanakan secara daring menggunakan zoom dan dihadiri oleh pimpinan dan sivitas akademika Fakultas Farmasi, panitia, narasumber, dan peserta yang berjumlah 1.083 orang.
Webinar tersebut menghadirkan narasumber yang memiliki rekam jejak dalam lingkup internasional. Sesi 1 Webinar dengan topik “Cutting edge technologies in drug discovery and development” diisi oleh narasumber Prof. Taifo Mahmud, Ph.D. dari Oregon State University USA dan dimoderasi oleh Nuraini Puspitasari, M.Farm., Apt. Prof Taifo memaparkan proses pembuatan obat di Amerika Serikat (AS).
“Mengembangkan obat baru itu tidak mudah. Di AS, sejak ditemukan suatu senyawa dan ingin dikembangkan dibutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk mendapatkan persetujuan. Tidak hanya soal waktu, juga biaya yang dibutuhkan tidak sedikit, normalnya membutuhkan 1 miliar USD untuk membawa obat baru ke pasar,” ujarnya.
Acara tersebut diawali dengan sambutan dan perkenalan Program Studi oleh Dr. Sutriyo, M.Si., Apt. yang merupakan Ketua Program Studi Pascasarjana, dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan FFUI.
“Saya mengapresiasi Program Pascasarjana FFUI yang menginisiasi program diaspora ini dengan menghadirkan pembicara yang berprofesi sebagai ilmuwan dari Indonesia yang memiliki pengalaman bekerja di luar negeri. Saya berharap paparan dari para narasumber dapat menambahkan wawasan peserta tentang penemuan obat, kedokteran presisi, dan perkembangan terkini dalam penelitian farmasi halal,” ujar Mahdi.
Proses pengembangan obat di AS terdiri dari beberapa tahap diantaranya penemuan obat awal, studi praklinis, studi klinis, tinjauan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, dan pemantauan pasca obat baru dijual di pasar. Lebih lanjut ia menjelaskan agen terapeutik umum yang digunakan saat ini ada 3 macam yaitu produk alami seperti obat-obatan herbal, obat sintetis, dan makromolekul biologis. Teknologi mutakhir dalam penemuan dan pengembangan obat yang telah dilakukan di AS diantaranya mencari sumber baru (organisme dari ekosistem yang ekstrim, symbiont, mikrobioma), dan pendekatan kreatif (Omics, genome mining).
Selain itu, Prof. Taifo menjelaskan alat dan teknologi yang digunakan AS dalam pengembangan obat dari produk alami diantaranya robust mass spectrometry devices dan pemrosesan data, salah satunya adalah Mass spectrometry imaging. Alat ini digunakan untuk mencegah produk tiruan pada obat herbal. Kemudian, alat analisis MS2 yang dapat memprediksi awal produk alami, sehingga tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengisolasi senyawa/produk bahan obat.
Sesi 2 Webinar dengan topik “Pharmacogenomics in precision medicine” diisi oleh narasumber kedua yaitu Beben Benyamin, Ph.D. dari University of South Australia dan dimoderasi oleh Dr. Heri Setiawan, M.Sc., Apt. Pada sesi 3, Webinar dengan topik “Current development in halal pharmaceutical research” diisi oleh narasumber Prof. Dr. Irwandi Jaswir dari International Institute for Halal Research and Training (INHART) serta International Islamic University Malaysia (IIUM) dan dimoderasi oleh Dr. Ratika Rahmasari, Apt.
Menurut Prof. Irwandi, industri yang melibatkan ‘halal’ saat ini adalah kosmetik, perawatan pribadi, dan produk kesehatan. “Halal saat ini bukan hanya tuntutan agama, namun gaya hidup. Konsep halal tidak hanya untuk Muslim, tapi untuk semua. Hal ini dibuktikan dari data statistik yang menunjukkan bahwa 65% daging halal Selandia Baru diekspor ke negara non Muslim, dan juga dua negara pengimpor produk halal dari Malaysia adalah China dan Inggris. Jika produk halal berkualitas, maka dapat dinikmati oleh siapa saja tidak hanya kaum Muslim,” ujarnya.
Tiga isu utama pada produk halal yaitu bahan baku, pengolahan, dan autentikasi baik untuk pangan, kosmetik, dan farmasi/obat-obatan. Ia menekankan bahan dan aditif pada proses pengolahan produk bisa saja berasal dari turunan bahan yang tidak halal.
Topik yang disampaikan oleh ketiga narasumber sangat menarik dan membangun antusiasme peserta, sehingga pada saat sesi tanya jawab dan diskusi, beberapa pertanyaan tidak dapat terjawab karena kendala waktu. Namun, pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh narasumber yang bersangkutan melalui kolom chat aplikasi. Antusiasme yang begitu tinggi dari peserta tidak hanya terjadi pada ruang zoom, tetapi juga pada Live Streaming Youtube. Webinar Diaspora FFUI yang dilaksanakan pada Sabtu (10/4) dapat disaksikan kembali pada kanal Youtube Fakultas Farmasi pada tautan berikut: https://youtu.be/izxJXMEvlX0.