close

Sambut Hari Lebah Sedunia, Pakar IPB University Bicara Faktor Berpengaruh pada Populasi Lebah di Indonesia

Dikabarkan populasi lebah madu di negara Eropa dan Amerika mengalami penurunan kelimpahan dan keanekaragaman yang drastis. Penurunan populasi lebah sebagai polinator alami tentunya akan berdampak pada ketahanan pangan dan produktivitas pertanian. Hal tersebut kian diperparah dengan minimnya sistem data dan upaya monitoring lebah yang terintegrasi. Selain itu, terdapatnya patogen dan parasit serta degradasi hábitat turut menambah polemik perlebahan.

Prof Damayanti Buchori, Kepala Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menanggapi fenomena tersebut melalui survei faktor-faktor yang mempengaruhi populasi lebah di Indonesia berdasarkan perspektif petani. Survei tersebut menanggapi penelitian sebelumnya di tahun 2019 yang mengindikasikan terjadinya penurunan populasi lebah jenis Apis cerana. Selain mengamati penurunan populasi lebah madu di Indonesia secara umum, survei tersebut juga turut mempelajari keanekaragaman lebah yang dibudidayakan oleh peternak di Indonesia.

Perlakuan yang dilakukan yakni koleksi dan identifikasi hingga level famili terhadap polen-polen yang ada pada tubuh empat spesies lebah yakni A. cerana, A. mellifera, H. itama, dan T. laeviceps. Sebagian besar lebah yang diternakkan merupakan lebah liar dan hasil lebih lanjut menjelaskan umumnya peternak lebah tidak berpindah kecuali peternak lebah Apis mellifera. Selain itu peternak juga tidak menanam tanaman sebagai sumber pakan lebah.

Baca Juga :  Sosialisasi Kegiatan Mathching Fund FSMR ISI Yogyakarta Tahun 2022

“Ada beragam jenis lebah yang dipelihara peternak lebah Indonesia. Totalnya, kami menemukan 22 spesies yang diidentifikasi langsung. Hal ini menunjukkan bahwa beternak lebah merupakan salah satu usaha konservasi spesies lokal. Maka dari itu jika ingin beternak lebah sebaiknya disesuaikan dengan spesies lokal yang ada, jangan memindah-mindahkan spesies dari daerah lain terutama menyeberangi garis Wallacea,”sebutnya dalam Workshop Lebah, Ketahanan Pangan dan Kesehatan: Peluang dan Tantangan” yang digelar oleh Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) bersama CTSS IPB University dan Syngenta dalam menyambut Hari Lebah Sedunia 20 Mei mendatang, (6/4).

Hasil identifikasi menemukan bahwa polen pada tubuh lebah didominasi dari familia Arecaceae seperti sawit. Sumber pakan tersebut juga dipengaruhi oleh  tipe tata guna lahan. Berdasarkan perspektif peternak, faktor utama penyebab penurunan populasi lebah adalah cuaca dan iklim.

Dr Rika Raffiudin, Dosen IPB University dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam turut hadir menyampaikan materi mengenai kompleksitas dalam ekologi dan perilaku lebah untuk pengelolaan lebah berkelanjutan. Aspek berkelanjutan tersebut ditekankan agar kegiatan beternak lebah dapat dilakukan dengan memperhatikan sisi ekologisnya. Dr Rika fokus pada jenis lebah hutan A. dorsata di pulau Sumatera karena dinilai memiliki nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi.
Ia menyebutkan integrasi lebah madu dan kebun kopi dapat dilakukan untuk meningkatkan keberlanjutan serta produksi madu dan produktivitas kopi. Dengan adanya usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan, sebagian besar hutan telah dikonversi menjadi monokultur. Padahal, hutan bersifat sangat kompleks dan sesungguhnya lebih baik diterapkan dengan konsep agroforestri agar mempertahankan kompleksitas hutan dan aspek keberlanjutannya.
Pada tahun 2020 dikabarkan bahwa tidak ada madu dari lebah dorsata di Kabupaten Kampar, Riau. Fenomena tersebut menjadi hal yang patut didiskusikan pada APHI (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia) bahwa konservasi eucalyptus merupakan saran yang tepat agar populasi lebah dorsata kembali seperti semula. Untuk mempertahankan aspek berkelanjutan, proyek pengkayaan tanaman dengan tanaman penghasil kayu dan buah juga menjadi salah satu solusi yang dinilai tepat.

Baca Juga :  Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Umumkan Klasterisasi Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2020

“Jadi kita tidak membicarakan SDGs sebagai kata-kata saja, namun real dan dirasakan oleh masyarakat,” imbuhnya.

Prof Dodik Ridho Nurrochmat, Wakil Rektor IPB University Bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni menyebutkan bahwa IPB University turut mendukung kegiatan tersebut dalam upaya membentuk suatu forum yang serius demi keanekaragaman dan pemanfaatan lebah secara bijak dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan tekanan pangan dan lingkungan bagi kesejahteraan rakyat.