FIA UI Latih Penciptaan Produk Kreatif Decoupage dan Literasi Keuangan Bagi Siswa SLB
Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan pelatihan penciptaan produk kreatif decoupage dan literasi keuangan bagi siswa Sekolah luar biasa (SLB). Kegiatan yang dilakukan tim pengmas FIA UI ini ditujukan kepada siswa SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri 12 Jakarta, jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA. Pelatihan ini diharapkan memotivasi jiwa wirausaha anak didik tersebut agar mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja di masa depan.
“Acara ini ternyata di luar dari ekspektasi kami, karena sambutan yang luar biasa dari para siswa, orang tua, dan para guru. Esensi dari kegiatan pengmas ini bukan terbatas pada pembuatan produk decoupage-nya saja, tetapi poin pentingnya adalah mengajarkan siswa berkebutuhan khusus untuk dapat membuat produk bernilai jual, sehingga menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Hal itu akan menumbuhkan jiwa wirausaha dan membentuk kemandirian bagi generasi muda sejak dini, khususnya siswa SLB,” kata Prima Nurita Rusmaningsih, ketua tim pengmas.
Prima Nurita Rusmaningsih didukung oleh Wulandari Kartika Sari, dosen FIA UI, serta 10 mahasiswa program sarjana Departemen Ilmu Administrasi Niaga dan mahasiswa program sarjana Departemen Ilmu Administrasi Fiskal FIA UI. Pengmas berjudul “Entrepreneurial Empowerment Siswa Berkebutuhan di SLB Negeri 12 Jakarta melalui Penciptaan Produk Kreatif dan Edukasi Literasi Keuangan” dilakukan sebagai langkah awal untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi penyandang disabilitas.
Upaya peningkatan keterampilan bagi siswa berkebutuhan khusus harus diperhatikan, karena meskipun mereka memiliki keterbatasan, namun dengan penguasaan keterampilan diharapkan mereka mampu bersaing di masyarakat. Pemberdayaan siswa berkebutuhan khusus ini terkait dengan pemberian informasi, pengetahuan, dan keterampilan seluas-luasnya, seperti memberikan motivasi pada siswa bahwa mereka memiliki kesempatan yang terbuka luas dalam berwirausaha; melatih keterampilan untuk membuat produk kreatif yang memiliki nilai jual; membekali mitra dengan literasi keuangan berupa pentingnya menabung, mencatat keuangan, dan merencanakan keuangan dalam berwirausaha.
Pelaksanaan kegiatan ini diadakan dalam dua tahap. Tahap pertama memberikan penjelasan teknik pembuatan produk decoupage, edukasi keuangan serta praktik pembuatan produk. Tahap kedua merupakan evaluasi dari hasil produk kreatif yang telah dibuat oleh siswa serta review atas pemahaman literasi keuangan target. Di antara kedua tahapan tersebut dilakukan monitoring antara tim pengabdi, pihak sekolah (para guru) selaku mitra, dan orang tua siswa selaku pendamping, dengan tujuan mengatasi kendala yang dihadapi siswa saat praktik pembuatan produk kreatif.
Tantangan yang ditemui pengabdi dalam melakukan kegiatan ini antara lain perbedaan level pendidikan siswa yang berbeda (SD, SMP, SMA) dan perbedaan hambatan secara personal (penyandang tuna rungu, tuna wicara, dan tuna grahita). Tantangan lainnya adalah kegiatan ini dilaksanakan pada masa pandemi dan jumlah kasus positif Covid-19 sedang tinggi-tingginya.
Kegiatan pengmas ini dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom, lalu untuk monitoring dilakukan menggunakan aplikasi whatsapp, dan untuk materi pembuatan produk decoupage dikemas dalam bentuk video serta dilengkapi peraga gerak untuk kebutuhan tuna rungu dan tuna wicara. Sedangkan untuk materi edukasi keuangan disesuaikan dan ditampilkan dengan video slide show yang dikemas menarik sesuai dengan jenjang pendidikan.
Tim pengabdi FIA UI juga memberikan pelatihan pembuatan produk dengan teknik decoupage kepada para guru. Hal ini dirasa penting karena para guru merupakan pendamping di kegiatan ini. Selain itu, selepas pengmas ini para guru dapat terus mempraktikkannya kepada siswa lain.
Kegiatan yang dilakukan secara daring ini ternyata tidak mengurangi antusiasme guru, orangtua, dan tentunya siswa yang merupakan target utama dari kegiatan ini. Para siswa hadir tepat waktu, menyelesaikan tugas membuat produk sebelum deadline, dan hasil kreasi akhir decoupagenya bagus dan rapi. Pihak orangtua menyampaikan bahwa anak-anak mereka langsung membuat produk yang diminta, dengan ide desain berdsarkan inisiatif mereka sekalipun ada memerlukan bantuan orang tua.
Pembekalan materi mengenai literasi keuangan dalam pengmas ini sejalan dengan upaya yang digagas oleh pemerintah Indonesia melalui Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI). “Target Inklusi Keuangan Nasional yang ingin disasar pemerintah memerlukan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, salah satunya akademisi. Kegiatan pengmas kami kali ini juga berusaha memberikan edukasi literasi keuangan kepada penyandang disabilitas sebagai sasaran prioritas SNLKI. Kegiatan ini diharapkan dapat melepaskan stigma pada penyandang disabilitas yang memiliki low income sehingga kesulitan mendapatkan akses ke jasa keuangan. Mereka dipersiapkan sejak dini untuk melek finansial, sehingga dapat merencanakan masa depannya,” kata Wulandari.
Mitra kegiatan berharap ada kelanjutan di tahun berikutnya untuk kegiatan serupa. Produk yang dihasilkan oleh masing-masing siswa rencananya akan diikutsertakankan dalam pameran produk hasil karya siswa penyandang disabilitas yang rutin dilakukan setiap tahun. Selanjutnya, pemberian motivasi wirausaha dan bekal edukasi keuangan dasar disambut positif oleh siswa. Hal itu terlihat setelah acara pelatihan selesai, siswa tetap antusias bertanya di forum mengenai harga bahan-bahan pembuatan decoupage, tempat mendapatkan bahan-bahan, dan terungkap keinginan untuk menjual secara online. Tanggapan positif dari berbagai pihak tersebut mendorong tim pengmas untuk melanjutkan program berikutnya di organisasi pendidikan maupun organisasi publik/sosial lainnya.