Menjadi Mahasiswa Silvikultur IPB University Selama Sehari, Bagaimana Rasanya?
Menjadi mahasiswa di perguruan terbaik di Indonesia apalagi masuk ke dalam program studi yang sangat potensial tentu saja akan membanggakan. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University memberikan peluang besar bagi siswa-siswi SMA yang gemar dan mencintai alam untuk mengembangkan bakatnya di dunia profesional. Departemen Silvikultur telah menghasilkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang kompeten, terutama dalam menciptakan technosociopreneur.
Departemen Silvikultur IPB University membuka kesempatan kepada siswa SMA untuk memiliki pengalaman sebagai mahasiswa silvikultur selama satu hari dalam webinar “Satu Hari Menjadi Mahasiswa Silvikultur IPB University”, akhir pekan lalu. Kegiatan ini juga menghadirkan Dosen Silvikultur yang kompeten dan alumni yang telah sukses di kehidupan pasca kampusnya.
Dalam acara ini siswa-siswi SMA mendapatkan kuliah singkat bertemakan “Pengembangan Teknologi untuk Silvikultur Presisi” dari Prof Iskandar Z Siregar, Guru Besar IPB University dari Departemen Silvikultur.
Menurut Prof Iskandar, sistem silvikultur dibutuhkan untuk melakukan regenerasi dan pemeliharaan hutan dengan bantuan teknologi terbarukan. Sebagai future engineer, setelah mendapatkan gelar akademik, sudah sepatutnya ramah akan perubahan teknologi dan diterapkan dengan memperhatikan lingkungan setempat. Dengan begitu, output yang dihasilkan akan lebih efisien.
Dengan kurikulum yang diberikan oleh Departemen Silvikultur IPB University, mahasiswa mendapatkan mata kuliah seputar isu penginderaan jarak jauh dan cara mengadopsi data sains untuk kebutuhan data analisis. Tentunya, pembelajaran tersebut diberikan dengan menggunakan fasilitas berupa komputer canggih.
Ia menyebutkan bila teknologi untuk mengenerasi data sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kehutanan yang presisi. Lebih lagi demokratisasi teknologi dalam pengembangan teknologi lanjutan seperti next generation DNA sequencing untuk seleksi awal bibit. Mahasiswa berkesempatan melakukan sekuensing DNA secara langsung di lapangan untuk mengenerasi datanya.
“Kesempatan demokratisasi teknologi ini salah satu hal yang dicoba oleh Departemen Silvikultur seperti penggunaan Oxford Nanopore Technology. Jadi riset-riset mahasiswa sudah meningkat satu level lebih tinggi di Silvikultur,” sebutnya.
Selain keterampilan di laboratorium dan lapangan, keterampilan mengolah data juga diajarkan. Sehingga nantinya lulusan silvikultur dapat menjadi data analis karena kuliah yang diajarkan berkaitan dengan big data. Teknologi masa depan seperti biokomputasi juga diajarkan. Dengan menghubungkan bioinformatika dan bioteknologi, potensi riset penyimpanan data dalam makhluk hidup bukan menjadi hal yang mustahil.
Keterampilan lain yang diajarkan terutama dalam mendukung industri pertanian adalah penggunaan teknologi ultra fine bubble bagi perkecambahan benih dan teknologi seed ball bagi persemaian. Untuk mendukung kehutanan presisi, teknologi drone juga diterapkan guna mendeteksi individu pohon berdasarkan tajuk.
“Sepertinya keterampilan akan teknologi tidak dapat dihindari, terutama untuk masuk ke dalam área riset-riset yang sangat potensial bagi membuka lapangan pekerjaan. Memiliki kemampuan programming art maupun machine learning di masa depan tentunya sangat dibutuhkan,” imbuhnya.
Terlebih lagi, revolusi industri 4.0 membuka peluang bisnis baru yakni green business melalui perusahaan start up. Lulusan silvikultur dapat memulai bisnis di bidang jasa penanaman dengan drone, genomic service, analisis data, dan sebagainya. Terlebih lagi dengan adanya kurikulum K-2020 IPB University, calon-calon mahasiswa dapat memiliki peluang untuk menghasilkan dampak kehidupan yang diinginkan.
Pada kesempatan tersebut, siswa-siswi SMA juga mendapatkan pencerahan mengenai pengantar Departemen Silvikultur dan tips-tips lolos masuk IPB University. Selain itu, mereka juga berkesempatan untuk bersapa dengan alumni-alumni silvikultur IPB Univesity yang telah sukses di mancanegara.