P2SDM LPPM IPB University Kembali Gelar Kampus Desa Ke-58
Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University kembali menggelar Webinar Kampus Desa, (24/3). Webinar Kampus Desa ke-58 ini mengangkat topik “Nilai Tambah Hasil Pertanian Dengan Teknologi Dapur”. Hadir sebagai narasumber, Dr Tjahja Muhandri selaku Peneliti Seafast Center dan Dosen IPB University dari Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta). Kegiatan ini dihadiri warga desa, anggota Coaching Clinic Industri Kecil Menengah (CCIKM) dan juga peserta umum.
“Webinar kampus desa merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat karena kegiatan ini berkaitan dengan kebutuhan keluarga ataupun bisnis keluarga yang berorientasi pada teknologi dapur, yang efektif, inovatif, efisien. Pendekatan teknologi yang kami berikan ini berdasarkan kebutuhan lapangan, yang betul-betul mempersiapkan pelaku bisnis dan rumah tangga agar bisa melakukan usahanya dengan matang. Selain itu Kampus Desa juga sebagai wadah transfer informasi dan hasil penelitian agar bisa diaplikasikan serta disebarluaskan untuk mensejahterakan masyarakat desa. Kampus Desa juga sudah sejalan dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kampus Desa sebagai inovasi sosial juga dapat membuat gaung IPB University kepada masyarakat semakin dirasa,” tutur Dr Amiruddin Saleh selaku Kepala P2SDM IPB University.
Menurutnya, Kampus Desa sendiri sudah berlangsung mulai dari tahun 2016. Yakni ilmu pengetahuan dari kampus yang dibawa ke desa. Sehingga hasil-hasil penelitian di IPB University bisa dinikmati juga oleh masyarakat baik di lingkar kampus IPB University maupun wilayah lainnya. Hasil penelitian ini juga akan dibukukan dalam bentuk buletin yang bisa disebarluaskan kepada masyarakat untuk dinikmati.
Dalam kesempatan ini, Dr Tjahja menjelaskan bahwa Teknologi Dapur ialah teknologi sederhana yang mampu menghasilkan produk dengan daya jual yang tinggi. Ada beberapa hal yang menjadi problem produk pertanian. Yakni harga jatuh saat panen raya, produk cepat rusak, kurangnya teknologi penanganan yang baik dan akhirnya petani menjadi menderita.
“Nah dengan istilah teknologi dapur ini, produk-produk pertanian menjadi awet, punya nilai tambah dan bisa menyejahterakan petani. Kesejahteraan bisa tercapai karena adanya kolaborasi dari para pemuda desa sebagai pelaku usaha dengan para petani sebagai pemasok kebutuhan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwasanya selain problem produk pertanian, perlu juga diperhatikan terkait dengan teknologi yang tepat kapasitas, tepat tipe dan jenis alat, tepat kebutuhan modal, dan juga tepat pengelola. Menurutnya ada batasan untuk teknologi dapur yaitu alat yang ada di rumah tangga, modal tambahan kurang sepuluh juta rupiah dan yang paling penting ialah bisa dilakukan di rumah serta produknya punya nilai jual atau seminimal nya bisa dimanfaatkan di keluarga itu sendiri.
Selanjutnya Dr Tjahja juga menjelaskan terkait jenis-jenis teknologi dapur yang dapat dilakukan, mulai dari minimally process, pengecilan dan pengeringan, pembekuan, sampai ke pengolahan lanjut.
“Ketika Bapak Ibu pembina atau pelaku usaha atau ingin menjadi pelaku usaha, maka marilah bergerak dari sekarang, pilihlah produk yang biasa dikonsumsi masyarakat. Jangan yang aneh-aneh yang hanya viral sesaat. Tanpa langkah pertama, tidak ada langkah kedua. Kalau Bapak Ibu tidak melangkah maka Bapak Ibu tidak akan tahu apa yang terjadi di depan. Apakah ada duri atau ada jurang, jadi tidak tahu apakah harus meloncat atau bergeser ke samping dan sebagainya, maka dari itu mulai sekarang jangan ditunda,” tegasnya.