Guru Besar IPB University Bahas Peranan Inovasi dan Paten dalam Pengembangan Produk Hasil Riset dalam BSC Expo
Inovasi dan paten tentunya memiliki peran penting pada pengembangan hasil riset. Dengan mengundang beberapa narasumber yang telah menerapkan paten dalam hasil risetnya, Bogor Science Club (BSC) dalam kegiatan BSC Expo pada BSC Fair 202 turut membahas hal tersebut, 13/3. Sub tema yang dibawakan yakni “The Role of Innovation and Patent in Development of Research Products”.
Hilirisasi hasil riset menjadi produk komersial telah dilakukan oleh Prof Christofora Hanny Wijaya, dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Dengan fokus penelitian pengembangan pangan fungsional lokal, ia mengembangkan permen fungsioanal berflavor minyak atsiri kayu putih yang dikenal sebagai Cajuputs Candy (CC).
“Komersialisasi produk sudah dilakukan sejak 2010 dan minat pasar sangat tinggi terutama di masa pandemi. Berdasarkan penelitian dengan pendekatan “docking simulation”, senyawa 1,8 cineol dan banyak kandungan senyawa volatil lain dalam minyak atisiri kayu putih potensial menghambat aktivitas COVID-19 dan juga meningkatkan imunitas tubuh. Pembuatan cajuputs candy original dengan komposisi ingredien alami yang ramah lingkungan juga sebagai upaya pelestarian sumber daya yang berkesinambungan,” ujarnya.
Inovasi tersebut telah dipatenkan dan membawa pulang beberapa penghargaan seperti Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Indonesia, Inovasi Indonesia Paling Prospektif, Produk Bakti Inovasi Indonesia, selain mewakili Indonesia dalam ASEAN Food Product Recognition. Adapun penelitian sudah diawali 1996 guna memperoleh permen pelega tenggorokan (lozenge) dengan kemampuan menjaga kesehatan mulut walau komersialisasi sejak tahun 2010 dan booming di tahun 2020.
Komersialisasi paten sederhana Cajuputs Candy membutuhkan waktu serta kerja keras yang panjang.
Selain inovasi Cajuputs Candy, produk konsentrat jamu kaya antioksidan dan antihiperglikemik yakni Glucodiab hasil Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) juga telah dikomersialkan dan dilaunching Desember 2020 lalu. Dengan 2 paten dan saat ini menunggu hasil paten ke 3 yang merupakan riset bersama dengan pihak industri, Glucodiab telah diproduksi secara massal oleh pihak industri dan mampu meraih pasar dengan cepat.
Ia menambahkan hasil riset seharusnya tidak berakhir sebagai publikasi saja. Peneliti maupun mahasiswa harus mulai keluar zona nyaman dan merasakan sendiri manfaat yang didapatkan bila mengembangkan lebih lanjut produk hasil riset hingga jenjang implementasi.
Guru Besar IPB University dari Fakultas Pertanian, Prof Muhamad Syukur turut menyampaikan mengenai inovasi varietas unggul sayuran. Di masa pandemi, masyarakat wajib memperbanyak konsumsi buah dan sayuran untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sehingga dibutuhkan benih berkualitas sebagai bahan pangan. Lebih lanjut, kini aktivitas urban farming juga semakin diminati.
Sebelum dipasarkan, inovasi varietas sayur yang unggul seperti cabai IPB CH3 tentunya harus melewati proses yang panjang. Mulai dari pemuliaan tanaman, uji di lapangan untuk pelepasan varietas, hingga perilisan oleh Menteri Pertanian dan Rektor IPB University. Setelah itu baru bisa dipasarkan.
Ia membagikan trik bahwa agar produk inovasi varietas sayuran dapat laku di pasaran harus memperhatikan beberapa hal.
“Penting untuk menentukan target konsumen yang paling luas jangkauannya serta memilih komoditas yang jarang diminati namun berpotensi untuk dikembangkan. Dalam pemasarannya kita bisa memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan keunggulan varietas. Selanjutnya produk dapat dipasarkan melalui e-commerce sehingga penjualan semakin meningkat,” ujarnya.
Tidak terbatas pada produk pangan, Dr Sofyan Sjaf, Pakar Sosiologi Pedesaan sekaligus Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menyampaikan bahwa riset dan inovasi sosial juga patut dikembangkan. Khususnya dalam mengatasi kelemahan basis data di pedesaan.
Ia mengungkapkan bahwa masih ada ketidakakuratan data antara pusat dan desa sehingga pembangunan di desa tidak dapat terukur dengan pasti. Melalui inovasi data desa presisi, data yang dimiliki akan lebih akurat dan tepat sehingga menggambarkan kondisi aktual desa yang sesungguhnya. Data tersebut nantinya dikoleksi hingga diverifikasi oleh warga desa sendiri dengan biaya yang relatif murah serta dengan pendampingan dari pihak luar misalnya perguruan tinggi.
“Data presisi tersebut melahirkan tiga data yakni data citra desa resolusi tinggi hingga lima sentimeter, data numerik, dan data kualitatif atau deskriptif,” ujarnya. (MW)
Keyword: Dosen IPB University, Guru Besar IPB University, Bogor Science Club (BSC) IPB University, BSC Fair 2021, BSC Expo, data desa presisi, cajuput candy, glucodiab, varietas sayuran unggul