Kompetensi dan Prospek ke Depan dalam Bidang Aktuaria
Sebagai program studi yang masih tergorong baru, Ilmu Aktuaria telah menarik minat banyak mahasiswa. Salah satunya karena prospek lulusan dan kompetensi yang dimiliki lulusan Program Studi Ilmu Aktuaria ini cukup banyak dibutuhkan di industri dan dunia kerja. Menurut mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Aktuaria, Universitas Indonesia, Christian Evan Chandra, prospek kerja bagi lulusan Ilmu Aktuaria sangatlah luas, selama ini menurutnya lulusan Aktuaria senantiasa adaptif terhadap perkembangan ilmu dan kondisi di industri terkait, serta terbuka terhadap berbagai prospek pekerjaan.
Misalnya di industri asuransi, Christian menjelaskan, khususnya asuransi umum, reasuransi, dan dana pensiun, saat ini membutuhkan banyak tenaga aktuaris, tidak hanya untuk melakukan perhitungan-perhitungan aktuaria, tetapi juga mengembangkan dan menghadirkan produk proteksi inovatif yang selama ini belum tersedia di pasar. Selain itu, industri perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, sesungguhnya membutuhkan tenaga aktuaris untuk mengembangkan produk yang sesuai terhadap kebutuhan masyarakat, mengelola pendapatan dan pengeluaran dengan baik, serta menetapkan strategi manajemen risiko yang tepat.
“Industri non-keuangan, juga membutuhkan tenaga aktuaris untuk menganalisis data, menetapkan harga yang menguntungkan dan kompetitif, menentukan strategi manajemen risiko yang tepat, serta merencanakan pengembangan perusahaan. Sementara di pemerintahan, membutuhkan jasa aktuaris untuk merumuskan kebijakan sosial yang tepat dengan anggaran dana yang terukur dan mengawasi kinerja dari berbagai lembaga keuangan. Perguruan tinggi pun membutuhkan tenaga dengan kualifikasi terkait ilmu aktuaria untuk mendidik calon aktuaris di masa depan,” papar Christian.
Christian yang telah memiliki ketertarikan mempelajari ilmu aktuaria sejak kecil pun menjelaskan bahwa apa yang ia pelajari di bangku kuliah menjadi bekal penting baginya ketika melangkah ke dunia kerja. Untuk itu, menurutnya untuk masuk ke Program Studi Ilmu Aktuaria, calon mahasiswa tidak harus berasal dari jurusan IPA. Calon mahasiswa dari IPS pun dapat masuk selama kualifikasinya memadai. Christian berpendapat ilmu aktuaria adalah kombinasi yang cukup berimbang dari sains dan teknologi serta sosial humaniora.
“Demi mencukupinya kualifikasi dan pengetahuan penunjang ketika nantinya mahasiswa terjun ke dunia kerja, saya lebih menyarankan kepada perguruan tinggi untuk memerhatikan apa yang dipelajari oleh si calon mahasiswa selama bangku SMA dan capaian kompetensi yang diperoleh dibandingkan terhadap asal jurusannya,” terang pria yang pernah menjuarai lomba menulis ARECA Actuarial Scholarship 2020 ini.
Lebih lanjut Christian menerangkan adapun kompetensi yang dimiliki calon mahasiswa yang masih sesuai dalam bidang aktuaria seperti matematika, calon mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA haruslah memiliki nilai mata pelajaran matematika yang memadai, baik untuk matematika wajib maupun matematika peminatan. Selanjutnya, yang tidak kalah penting yaitu ekonomi dan/atau akuntansi.
“Sepengalaman saya menjalani dua kali magang, pengetahuan ekonomi dan akuntansi sangatlah penting terkait bagaimana aktuaris nantinya memahami kondisi perekonomian nasional secara keseluruhan dan juga secara spesifik pada pasar yang nantinya hendak dituju. Kemudian memadukannya dengan informasi terkait kemampuan finansial institusi tempat mereka bekerja untuk mengambil kebijakan strategis terkait apa yang akan dilakukan oleh institusi tersebut,” tuturnya.
Terakhir, biologi, fisika, dan/atau kimia. Meskipun tidak mendalaminya secara spesifik, satu dari bidang keilmuan ini tergolong penting dalam mengambil kebijakan aktuaria.
Christian pun mengaku senang menjadi mahasiswa Ilmu Aktuaria karena mempelajari sains dan matematika bukan hanya dari sudut pandang teoritis, melainkan langsung dikaitkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan bisnis.
“Terkhusus untuk Program Studi S1 Ilmu Aktuaria Universitas Indonesia, dosen yang dihadirkan terbuka untuk berdiskusi terkait pengembangan dan aplikasi ilmu aktuaria serta melibatkan praktisi berpengalaman. Mahasiswa juga dirangsang secara aktif untuk mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri dan kompetisi terkait ilmu aktuaria,” ujarnya.
Namun di sisi lain, sebagai mahasiswa angkatan pertama Program Studi S1 Ilmu Aktuaria di Universitas Indonesia, ia tidak memiliki cukup banyak kakak tingkat dan teman di perguruan tinggi lain yang bisa diajak berdiskusi ketika menghadapi kesulitan di mata kuliah yang baru pertama kali dibuka.
Bagi mahasiswa yang tertarik di bidang aktuaria, Christian berpesan agar mulai mempersiapkan diri tidak hanya dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi, tetapi juga terus mempersiapkan skill set dan menggali informasi lebih dalam terkait profesi aktuaris agar kelak perkuliahannya lancar dan menyelesaikannya sebagai lulusan yang siap bekerja.
“Bahkan, jika siswa tersebut memiliki prestasi yang baik, mereka berpeluang untuk menerima beasiswa sehingga bisa mengurangi beban finansial,” kata penerima beasiswa READI Project ini.
(YH/DZI/FH/DH/NH/RAH/DON/FAN)
Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan