close

Mengembangkan Ekonomi Indonesia Berbasis Inovasi Teknologi

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bersama Forum Dekan Teknik Indonesia (FDTI) kembali melangsungkan acara webinar series dengan mengangkat topik terkini. Pada Sabtu(13/6) pagi, Ditjen Dikti melangsungkan diskusi dengan topik “Ekonomi Indonesia Berbasis Inovasi Teknologi Serta Peran Pendidikan Tinggi dalam Mewujudkannya”.

Acara ini mengundang Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN, Bambang Brojonegoro; Ketua Umum Asosisasi Perusahaan Inspeksi Teknik Indonesia (APITINDO), Rudiyanto; plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam; dan dimoderatori oleh Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Hendri Budiono.

Nizam pada pembukaannya menyampaikan apresiasi kepada Menristek/BRIN Bambang Brojonegoro yang telah bersedia bergabung dalam program sinergi pentahelix antara pemerintah, industri, perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa. “Kita berharap sinergitas antar sektor bisa terjadi dan kita menjadi bagian dalam sinergitas tersebut,” tutur Nizam dalam sambutannya.

Nizam jelaskan selama pandemi ini justru produktifitas teman-teman di kampus meningkat, dapat dilihat lebih dari 1.000 inovasi terkompilasi dengan berbagai macam inovasi seperti robot, obat-obatan, alat-alat kesehatan, ventilator, dan lainnya, yang terus bertambah setiap harinya. Selain itu, terjadi inovasi pembelajaran di perguruan tinggi. Sebanyak 300.000an dosen bertransformasi dalam sekejap menggunakan pembelajaran daring sebagai dampak pandemi.

“Inovasi adalah teknologi yang dikawinkan dengan enterprenurship dan customer oriented. Saya rasa ini tantangan bagi kita semua, terutama juga bagi Forum Dekan Teknik Indonesia untuk menindaklanjuti dengan mewujudkannya di berbagai sektor,” imbuh Nizam.

Sementara itu menurut Bambang Brodjonegoro Indonesia perlu membangun ekonomi berbasis inovasi. “Kata inovasi menjadi kata kunci di masa depan agar bisa membawa negara kita menjadi negara berpendapatan tinggi,” tutur Bambang dalam pembukaan diskusi.

Baca Juga :  Kampus Siaga Covid-19

Bambang menjelaskan bahwa negara-negara maju saat ini berhasil menguasai ekonomi tanpa menguasai bahan mentahnya karena inovasinya. Kunci inovasi muncul karena sifat entreprenurship. Menurut Bambang, contoh negara yang mengutamakan inovasi tersebut yaitu Swedia dan Korea Selatan. Bambang menerangkan jika Swedia memiliki industri furnitur terkenal karena inovasinya. Inovasi yang dilakukan berupa produksi furnitur yang disesuaikan dengan keinginan konsumen, segmentasi, dan keinginan pasar.

Korea Selatan juga menjadi salah satu pemimpin dalam perkembangan telepon pintar selain negara Amerika. Bambang menjelaskan jika Korea Selatan juga berhasil karena inovasinya dapat memenuhi kebutuhan, segmentasi, dan keinginan pasar. Menurut Bambang, itulah salah satu sifat inovasi yang perlu dimiliki, yaitu sifat enterpreneurship.

Berdasarkan penelitian McKinsey, akan ada puluhan juta pekerjaan yang hilang dan akan ada 24-47 juta lapangan pekerjaan baru. Hal ini tentu menjadi tantangan dalam menyiapkan lulusan perguruan tinggi. Jelas Bambang, Fakultas Teknik dianggap sebagai salah satu fakultas yang bisa menyiapkan lulusannya dengan keahlian tertentu, perlu ditambahkan dengan kurikulum entrepreneurship.

Bambang katakan dalam rangka menuju industri 4.0 perlu disiapkan mindset startup yaitu mindset kolaborasi, inovasi, dan tanggap pada perubahan (agile). Menurut Bambang untuk mendukung hal tersebut, Kemdikbud juga sudah menerapkan kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka.

“Perguruan tinggi perlu beradaptasi untuk menyiapkan lulusannya menuju industri 4.0 dengan 4 hal yaitu keterampilan, mindset, kelimuan dan kolaborasi,” tutur Bambang.

Baca Juga :  Fakultas Saintek Universitas PGRI Palembang Siap Cetak Alumni Handal Dalam Kelola Sumber Daya Alam

Perubahan tersebut tentunya untuk mempersiapkan lulusan di masa depan agar menjadi inovator yang memiliki kemampuan, cara pikir, ilmu, dan saling berkolaborasi untuk merelisasikan sebuah ide ke dalam bentuk komersialisasi. Inovasi, jelas Bambang, bukan hanya penguasaan teknologi tinggi, melainkan terobosan baru dari sebuah produk untuk menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

“Bagaimana nantinya mahasiswa bisa berpikir dari awal sudah tahu apa yang harus dikembangkan. Sistem ilmu iptek menjadi dasar inovasi. Jauhkan egosektoral tapi munculkan kolaborasi,” ujar Bambang.

Di sisi lain Rudiyanto menjelaskan bahwa dalam pengembangan ekonomi digital saat ini perlu memenuhi beberapa syarat yaitu kualitas pelayanan, produktivitas, transparansi, validitas, dan sustainablity. Indonesia saat ini memiliki aktifitas ekonomi digtal yang cukup besar yang tumbuh cukup signifikan dari tahun 2015-2019 sebanyak 88% dalam bidang e-commerce.

Selain itu, Indonesia memiliki kesempatan dalam mengembangkan Blue Economy berdasarkan rilis dari World Bank Group. Kesempatan tersebut diantaranya energi terbarukan dari laut, perikanan, transportasi laut, tempat wisata, perubahan iklim, dan penanganan sampah di laut. “Kita memiliki peluang yang besar dalam bidang kemaritiman, dengan memanfaatkan Blue Economy tersebut,” tutur Rudiyanto.

Webinar tersebut merupakan seri ketiga, dimana seri sebelumnya menghadirkan Menteri Perhubungan dan Menko Perekonomian sebagai narasumber utama. (YH/DZI/FH/DH/NH/KRN/HIL)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan