close

Ditjen Dikti Siapkan Pendidikan Kedokteran untuk Jalani Kenormalan Baru

Jakarta – Mulai dilonggarkannya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh Pemerintah, mengantarkan masyarakat Indonesia pada kenormalan baru. Hal ini seolah menjadi transisi bagi setiap individu untuk kembali menjalankan aktivitasnya, namun dengan tetap mematuhi aturan yang berlaku. Perubahan ini tentu akan berpengaruh juga pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi.

Pendidikan kedokteran sebagai bagian dari pendidikan tinggi mulai mempersiapkan diri untuk menjalankan New Normal. Demi memberikan pengarahan di bidang pendidikan kedokteran, Pelaksana Tugas (plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjadi salah satu narasumber pada webinar dengan tema Quo Vadis Pendidikan Kedokteran Indonesia di Era New Normal (6/6). Webinar tersebut diselenggarakan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) melalui aplikasi telekonferensi daring serta ditayangkan secara langsung melalui YouTube. Pada webinar tersebut turut menghadirkan Wiku Adisasmito selaku Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona dan Prof. Budu selaku Ketua Umum AIPKI.

Pada materinya, Nizam menyampaikan bahwa pendidikan yang berjalan saat ini ialah pendidikan yang sudah berjalan sejak abad pertengahan, yang kemudian bertransformasi menjadi pendidikan di abad industri menuju education 4.0 guna memberikan ruang pembelajaran yang luas bagi mahasiswa. Ia juga menuturkan 20 tahun yang lalu pendidikan di Indonesia pernah mendorong perguruan tinggi untuk menjalankan pembelajaran secara daring seperti saat ini, namun gagal direalisasikan.

Baca Juga :  Ditjen Diktiristek Tingkatkan Layanan Sistem Karier Dosen

“Transformasi pendidikan yang terjadi belakangan ini sungguh sangat luar biasa. Virus Covid-19 memaksa untuk seluruh aktivitas pembelajaran perguruan tinggi dilakukan secara daring,” ujar Nizam.

Tranformasi tersebut perlu mendapatkan beberapa dukungan dan perubahan, seperti membangun literasi baru seperti literasi data, literasi teknologi, literasi manusia, dan experiental learning. Semua itu dilakukan guna meningkatkan kemampuan manusia di abad industri 4.0. Hasilnya, manusia akan mengalami peningkatan pada aspek creative, critical thingking, collaboration, communication, compassion.

Mendukung hal tersebut, Kemdikbud telah menerjemahkan rancangan kedalam beberapa penguatan dan pengembangan untuk mengembangkan karakter mahasiswa yang unggul diantaranya; General Education, Pengembangan Kepemimpinan, Pendampingan oleh Dosen, Entrepreneurial mindset, Pengembangan kecerdasan, tanggung jawab, partisipasi, dan yang terakhir adalah menjadikan pembelajaran sepanjang hayat untuk dapat beradaptasi pada perkembangan zaman.

Menyambut era kenormalan baru, Kemdikbud telah mengeluarkan Surat Edaran mengenai kebijakan penyelengaraan pendidikan tinggi di era kenormalan baru. Salah satunya kebijakan kenormalan baru pendidikan kedokteran yang selama ini dilakukan dan diterima secara fisik di laboratorium, sekarang bisa dilakukan secara virtual reality (VR) untuk memberikan pengalaman praktik.

Baca Juga :  Plt. Dirjen Dikti: Program Mahasiswa Magang Bersertifikat di Perusahaan BUMN Jadi Sinergi Positif Bagi Kebijakan Kampus Merdeka

Nizam juga mengapresiasi peningkatan produktivitas di lini kedokteran dan kesehatan, dimana publikasi ilmiah mengalami peningkatan secara signifikan.

“Saya sangat bangga dan apresiasi kolaborasi dosen dan mahasiswa lintas keilmuan telah menghasilkan berbagai produk kesehatan untuk memerangi Covid-19 seperti Test Kit, UV sterilisasi, robot ners, Swab Chamber, dan produk kesehatan lainnya,” tutur Nizam.

Tidak lupa akan Implementasi kebijakan Merdeka Belajar dan Bela Negara di masa pandemi Covid-19, Kemdikbud tetap melakukan hal tersebut yang tertuang pada program Relawan Mahasiswa. Program ini melibatkan mahasiswa kedokteran yang berkontribusi sebagai relawan Covid-19. Melalui implementasi ini, mahasiswa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mendapatkan penilaian capaian pembelajaran yang bisa di konversi ke dalam SKS atau stase rotasi klinik.

“Program relawan ini perlu dukungan dari AIPKI wilayah untuk berkoordinasi dengan tim gugus tugas wilayah dan dinas kesehatan dalam menjaring masyarakat yang perlu pendampingan relawan,” imbuh Nizam.

Kegiatan webinar tersebut juga dihadiri oleh Direktur Pembelajaran Aris Junaidi, Konsil Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, serta pimpinan perguruan tinggi. (YH/DZI/FH/DH/NH/NN/MYG/ALV)

Humas Ditjen Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan