close

Membangun Hilirisasi Industri dan Rantai Pasok Tangguh Berbasis Konten Lokal

Bandung-Biaya logistik Indonesia masih mencapai 14,29% dari PDB. Jumlah itu adalah salah satu yang tertinggi di ASEAN. Hal ini menjadi tantangan besar bagi daya saing produk nasional. 

Isu strategis ini menjadi salah satu fokus utama diskusi panel di sesi paralel Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, yang mempertemukan para pakar, akademisi, dan pelaku industri untuk berkolaborasi, Sabtu (9/8).

Hilirisasi dan penguatan industri kini menjadi strategi utama untuk memperkuat ketahanan rantai pasokan, memanfaatkan potensi sumber daya lokal, serta mendorong Indonesia menjadi pusat produksi berdaya saing global.

Guru Besar Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia sekaligus pembicara kunci, Mohammed Ali Berawi, menegaskan pentingnya berbagai faktor untuk membangun ekosistem industri yang berkelanjutan, terutama dari segi Sumber Daya Manusia (SDM).

“Hilirisasi tidak hanya sekadar mengolah bahan baku menjadi produk jadi, tetapi membangun ekosistem industri yang mampu menciptakan nilai tambah berkelanjutan. Kita harus memanfaatkan bonus demografi untuk menyiapkan generasi inovator yang memimpin industri masa depan,” tegas Ali. 

Sejalan dengan itu, Sarwono Kusumo Bawono, CEO PT Spora Tehnika Indonesia, menekankan perlunya membangun center of excellence di berbagai daerah untuk mempercepat kolaborasi teknologi dan pengembangan konten lokal. Sinergi antara industri, perguruan tinggi, dan sekolah vokasi menjadi kunci penting. Salah satu contoh yang sudah berjalan adalah pengembangan kendaraan listrik modular bersama perguruan tinggi dan sekolah vokasi.

Baca Juga :  Upaya UMN Cegah Penyebaran Virus Corona

“Kami membangun klaster teknologi bersama kampus dan SMK untuk pengembangan kendaraan listrik, baterai modular, hingga desain produk. Kolaborasi ini harus masuk ke kurikulum agar ekosistem industri tumbuh sehat dan merata,” jelas Sarwono.

Dari sisi logistik, Hariadi, Direktur Operasi dan Digital Services PT Pos Indonesia, menjelaskan bahwa efisiensi logistik sangat menentukan daya saing produk lokal. Ia bersama PT Pos Indonesia berupaya mengintegrasikan digitalisasi dan konektivitas jaringan hingga pelosok untuk memangkas biaya logistik dan mengurangi ketergantungan pada impor.

“Biaya logistik kita masih 14,29% dari PDB, salah satu yang tertinggi di ASEAN. Konsolidasi pelaku logistik dan optimalisasi rantai pasok lokal adalah kunci agar produk dalam negeri kompetitif di pasar global,” tegas Hariadi.

Dalam sektor hilirisasi berbasis sumber daya alam, Syaifullah Muhammad Nilam Atsri, dosen Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala, memaparkan inovasi teknologi pengolahan minyak nilam yang mampu menambah nilai produk lokal dengan metode molekular destilasi dan formulasi produk berbasis fitokimia.

Baca Juga :  Kemdiktisaintek-Kementan Bahas Potensi Kolaborasi Pembibitan dan Irigasi Berbasis Riset

Ia menegaskan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dan ekosistem triplehelix (pemerintah, perguruan tinggi, dan industri) agar inovasi tidak hanya menjadi produk eksklusif tetapi juga memberikan dampak sosial-ekonomi nyata.

Amri Bakhtiar, dosen Prodi Farmasi Universitas Andalas, turut menggarisbawahi upaya diversifikasi produk unggulan lokal seperti gambir dari Sumatera Barat yang selama ini diekspor mentah. Penelitian dan pengembangan produk turunan gambir untuk obat dan kosmetik, serta pemanfaatan bahan lokal dalam produk-produk strategis, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku industri lokal.

Sinergi antara penguatan infrastruktur, penguasaan teknologi, peningkatan kualitas SDM, serta integrasi logistik menjadi fondasi memperkuat hilirisasi dan industri nasional. Pemerintah berkomitmen memperkuat regulasi yang mendorong konsolidasi industri, pemanfaatan potensi lokal, dan pengembangan inovasi agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pusat produksi berdaya saing global.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara