close

Inovasi Teknologi Hilirisasi, Kunci Masa Depan Pangan Indonesia

Bandung– Masa depan pangan Indonesia sangat bergantung pada kemampuan mengadopsi inovasi teknologi hilirisasi. Untuk mendorong hal tersebut, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menggelar sesi paralel bertema “Inovasi Teknologi dalam Hilirisasi Produksi Pangan: Advanced Processing & Biokonversi Pangan Masa Depan” di Sasana Budaya Ganesa, Sabtu (9/8).

Salah satu pembicara utama, Made Tri Ari Penia Kresnowati dari Institut Teknologi Bandung (ITB), memaparkan sejumlah teknologi yang berfokus pada konsep zero waste atau ekonomi sirkular. Made menjelaskan bagaimana limbah pangan dapat diubah menjadi produk berharga, seperti produksi pewarna pangan alami dari kulit buah naga menggunakan spray dryer, pembuatan gelatin dari limbah tulang dan kulit ikan, hingga produksi pemanis sehat xilitol dari limbah tandan kosong kelapa sawit.

“Inovasi ini mengubah limbah yang tadinya menjadi masalah lingkungan menjadi sumber pendapatan baru. Hilirisasi produk pangan dan inovasi teknologi adalah masa depan pangan Indonesia, dan ini memerlukan dukungan pemerintah berupa insentif teknologi hilirisasi dan perlu bergandeng tangan dengan akademisi, industri, dan petani. Ini perlu menghasilkan produk-produk pangan dalam jumlah yang memadai dan bernutrisi yang layak bagi penduduk Indonesia,” jelas Made.

Baca Juga :  Optimalisasi Laporan Hasil Pemeriksaan melalui Aplikasi SILAHAP Rancangan Ditjen Diktiristek

Dari sisi praktisi industri, Wildan Mustofa, pemilik Java Frinsa Estate, membagikan inovasi biokonversi yang diterapkan pada proses fermentasi kopi. Wildan bereksperimen menggunakan berbagai jenis mikroba lokal untuk menciptakan profil rasa yang unik dan premium.

“Kami menggunakan proses unik dengan memanfaatkan probiotik Lactobacillus yang ditemukan pada luwak, serta ragi tempe dan ragi tape untuk fermentasi biji kopi. Rasanya seperti kopi biasa, tetapi jauh lebih smooth. Kalau dari tingkat kelembutan rasa, yang paling bright (kuat) itu kopi dengan ragi tape, disusul yang normal, lalu yang luwak, dan terakhir yang dari tempe,” ungkap Wildan. 

Selanjutnya, Eddy Kemenady dari PT FITS Mandiri memaparkan teknologi pengeringan pangan yang digunakan dalam perusahaannya, yaitu dehidrator sistem tertutup berbasis pompa panas (closed-loop heat pump dehydrator). Menurut Eddy, teknologi ini menjadi solusi hilirisasi yang sangat efisien karena mampu menghemat energi hingga 70% dibandingkan metode pengeringan terbuka konvensional. Sistem tertutup ini juga menjaga produk tetap higienis dan dapat diatur suhunya secara presisi untuk berbagai komoditas. 

Baca Juga :  PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PADA PERGURUAN TINGGI AKADEMIK DALAM KEBIJAKAN KAMPUS MERDEKA

Acara dilanjutkan dengan sesi panel untuk memperdalam diskusi pada komoditas spesifik. Eko Hari Purnomo dari IPB University membahas teknologi pengawetan pangan untuk memperpanjang umur simpan produk. Sementara itu, Asmi Citra Malina dari Universitas Hasanuddin mengulas potensi besar hilirisasi rumput laut Indonesia menjadi produk pangan fungsional dan non-pangan. Melengkapi panel, Sri Rahayoe dari Universitas Gadjah Mada memaparkan teknologi untuk mengolah porang, komoditas ekspor andalan, menjadi tepung glukomanan berkualitas tinggi.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#Kemdiktisaintek
#DiktiSaintekBerdampak
#KSTI2025
#SainsDanTeknologi
#TeknologiBangkit
#IndonesiaEmas2025