KSTI 2025: Tekankan Kolaborasi Akademisi, Industri, dan Pemerintah dalam Revitalisasi Industri Maritim
Bandung-Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 menggelar sesi paralel bertema “Revitalisasi Industri Maritim Indonesia” di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (8/8).
Diskusi menghadirkan perwakilan akademisi, pelaku industri, dan pemerintah, membahas peluang, potensi, hingga tantangan sektor maritim Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Sjarief Widjaja dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), membuka sesi dengan paparan mengenai posisi strategis Indonesia, potensi ekonomi maritim, serta tantangan yang dihadapi. Ia juga menyampaikan rekomendasi kebijakan untuk menguatkan kawasan industri maritim.
“Harapan kami bukan sekadar menghasilkan research output, tapi product output yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Sjarief.
Ketua Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO), Anita Pudji Utami, turut memaparkan kondisi industri perkapalan di Tanah Air, meliputi galangan kapal, industri penunjang, biro klasifikasi, hingga jasa konsultan.
“Ke depan, kami berharap pemerintah melalui Kementerian Perindustrian terus memberi dukungan nyata bagi industri maritim,” ucap Anita.
Dari Kementerian Perindustrian, Sungkono, perwakilan Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP), memaparkan perkembangan regulasi yang menjadi salah satu enabler revitalisasi maritim nasional.
Sementara itu, Adi Novitarini Putri dari ITS, memperkenalkan teknologi automated sandblasting and painting system. Inovasi ini dirancang untuk melindungi pekerja galangan kapal dari paparan debu silika yang berisiko bagi kesehatan.
Sesi tanya jawab yang dipandu moderator Nining S. Ningsih mengerucut pada isu galangan kapal, logistik laut, teknologi, infrastruktur, hingga strategi peningkatan daya saing industri maritim.
Muhammad Arif Budiyanto dari Universitas Indonesia (UI) menyoroti kondisi galangan kapal di Indonesia. Sementara itu, Fredhi Agung Prasetyo dari Sekretaris PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) (BKI), menekankan perlunya strategi agar pemilik kapal tidak lebih memilih produk luar negeri.
“Industri maritim sebaiknya mengarah ke konsep ramah lingkungan, baik dari proses, desain kapal, maupun ekosistem industrinya,” ujar Fredhi.
Dari sisi industri, Diana Rosa mewakili PT PAL Indonesia, memaparkan tantangan dan peluang sektor perkapalan di Tanah Air.
Diskusi ditutup dengan penegasan bahwa penguatan industri maritim, terutama perkapalan dan sektor penunjang lainnya, menjadi kunci dalam mendorong daya saing Indonesia di kancah global.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara