close

Penutupan KKN Kebangsaan 2025: Antara Maros dan Pangkep Kita Ukir Janji

Maros, 30 Juli 2025  Tidak kurang dari 174 mahasiswa dari 28 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, pekan ini mengukir janji di Maros dan Pangkep dalam rangkaian kegiatan penutupan KKN Kebangsaan 2025. Mereka  telah menyelesaikan pengabdiannya pada program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan XIII Tahun 2025.  Program ini dilaksanakan selama satu bulan penuh di dua tempat, yaitu Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Tema yang diusung kali ini adalah  “Wisata Budaya Warisan Dunia sebagai Aksi Kebangsaan: Kampus Berdampak dan Mengabdi untuk Negeri”.

Program KKN Kebangsaan merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dengan Universitas Hasanuddin, serta pemerintah daerah setempat. Program ini difokuskan pada penguatan keberdampakan pendidikan tinggi kepada masyarakat. Para mahasiswa yang tergabung dalam 21 posko, melaksanakan 191 program kerja yang tersebar di pulau, desa, dan wilayah pesisir maupun pegunungan. Mulai dari penyuluhan pertanian, pelatihan literasi digital, revitalisasi budaya lokal, hingga kegiatan seni dan festival kebangsaan. Keseluruhan program ini dirancang untuk menjawab kebutuhan rill masyarakat di lokasi penempatan.

Baca Juga :  Kemdiktisaintek dan Kemenkum Sinergikan Pengembangan Modal Manusia Mumpuni di Poltekpin

Dalam sambutannya pada penutupan KKN Kebangsaan tersebut, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemdiktisaintek, Dr. Benny, M.Sc., menggaris-bawahi pentingnya semangat pengabdian dan ketulusan dalam menjalankan peran sebagai agen perubahan. Ia mengangkat kisah inspiratif Kasim Arifin alumnus IPB yang bertahan selama 15 tahun menjalankan KKN di Pulau Seram sebagai cerminan nilai kebermanfaatan tanpa pamrih.

“Prinsip kita adalah bekerja, bukan untuk bertanya saya dapat apa, melainkan saya bisa memberi manfaat apa. Ini semangat yang harus kita pegang teguh. Ketika masyarakat di sini merasa kehilangan saat adik-adik mahasiswa  kembali ke kampus masing-masing, itulah indikator nyata bahwa kehadiran kalian berdampak,” ujar Dr. Benny.

Program ini tidak hanya berdampak secara lokal, tetapi juga menciptakan vibrasi di tingkat nasional. Melalui media sosial, berbagai posko mahasiswa berhasil menjangkau 27,4 juta tayangan, dengan lebih dari 1,5 juta likes dan 4.799 pengikut. Ini sekaligus sebagai bukti  bahwa semangat pengabdian dapat dikemas secara kreatif dan menyentuh dan menjangkau generasi muda yang lebih luas.

Baca Juga :  IISMA Kembali Memberangkatkan 9 Mahasiswa ke University of Groningen, Belanda

“Kami sangat berharap pengalaman KKN ini menjadi titik awal bagi mahasiswa untuk terus mengabdi di mana pun mereka berada. Karena tidak semua mahasiswa mendapat kesempatan ini, maka jadikan pengalaman ini bermakna, menular, dan berkelanjutan, dan yang terpenting berdampak untuk masyarakat,” tambah Dr. Benny.

Dalam pada itu, tingginya tingkat kepuasan mitra lokal terhadap program kerja mahasiswa, juga menjadi bukti konkret bahwa pendekatan partisipatif dan gotong royong tetap menjadi kekuatan utama dalam pendidikan tinggi berdampak. Pendekatan partisipatif yang terukur dan tepat sasaran, menjadikan kampus dan masyarakat adalah dua sisi dari satu mata uang. Kedua sisi itu mengukir janji, dan bukti, di Maros dan Pangkep.

Dengan ditutupnya program ini, Kemdiktisaintek kembali menegaskan komitmennya untuk terus mendorong model pembelajaran berbasis pengabdian yang nyata dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan transformasi pendidikan tinggi: akses, mutu, relevansi, dan dampak.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif