close

Kemdiktisaintek Siapkan Konvensi Sains dan Teknologi Industri 2025

Bandung — Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengadakan pertemuan koordinasi dalam rangka Persiapan Konvensi Sains dan Teknologi Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Senin (7/7).

Pertemuan yang dipimpin oleh Dirjen Risbang, Fauzan Adziman, menjadi langkah awal Kemdiktisaintek dalam menyiapkan acara KSTI 2025. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momen yang baik untuk berdiskusi terkait riset dan pengembangan Indonesia.

Dirjen Fauzan menekankan pentingnya sinergi antara riset, teknologi, dan pengembangan industri. Ia menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis sebagai simpul penggerak inovasi nasional.

“Sains dan teknologi merupakan kunci untuk pertumbuhan ekonomi. Perlu kita scale-up demi pengembangan industri yang berkelanjutan, mengurangi ketergantungan impor, dan memperkuat ketahanan nasional. Kampus-kampus kita adalah simpul utama dari proses ini,” ujarnya.

Baca Juga :  Transformasi PTN BH Menuju Kampus Unggul dan Berdaya Saing

Salah satu agenda utama yang dibahas adalah pentingnya Technology Transfer Office (TTO). Staf Khusus Mendiktisaintek (SKM), Oki Earlivan, yang turut hadir, menyampaikan agar Indonesia dapat mencontoh praktik baik dari negara tetangga, Malaysia, yang telah memiliki TTO yang berjalan efektif.

“Kita akan membangun model TTO, dan ITB akan menjadi salah satu role model-nya. Di Malaysia, model ini telah terbukti berjalan. Kita akan coba bangun dalam 1–2 tahun ke depan dan mengevaluasi hasilnya,” terang SKM Oki.

Sementara itu, Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara, menyoroti perbedaan sudut pandang antara industri di Indonesia dan negara maju terhadap riset dan inovasi.

“Di luar negeri, riset dianggap sebagai investasi untuk pengembangan produk. Sedangkan di Indonesia, masih banyak industri yang menganggap riset sebagai beban biaya. Mindset ini perlu kita ubah agar kolaborasi riset dan industri bisa lebih sinergis,” jelas Rektor Tata.

Baca Juga :  Tak Tunduk pada Keterbatasan: Anak Papua Gapai Cita lewat KIP-Kuliah

Senada dengan itu, Wakil Rektor ITB Bidang Riset dan Inovasi, Lavi Rizki Zuhal, menekankan pentingnya membangun komunikasi riset yang dapat menjangkau industri dan masyarakat. Ia menyatakan bahwa keberhasilan kolaborasi riset sangat bergantung pada pemahaman bersama terhadap manfaat jangka panjang dari sains dan teknologi.

“Kita harus meyakinkan pelaku industri bahwa sains dan teknologi adalah kunci agar mereka bisa naik kelas. Oleh karena itu, perlu dikembangkan komunikasi riset yang relevan dan mudah dipahami oleh sektor hilir,” pungkasnya.

Upaya kolaborasi antara riset perguruan tinggi dan industri diharapkan terealisasi melalui Konvensi Sains dan Teknologi Industri 2025 serta dapat membangun ekosistem riset dan inovasi nasional.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif