close

Kemdiktisaintek Dukung Potensi Kolaborasi Sains dengan BRIN untuk Ketahanan dan Kesetaraan Global

Jakarta–Tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan pengetahuan, dan kebutuhan inovasi lintas sektor menuntut negara-negara untuk memperkuat ekosistem sains dan teknologi yang inklusif. Indonesia pun terus mematangkan langkahnya sebagai pusat kolaborasi ilmu pengetahuan di Asia.

Hingga 2024, Global Innovation Index (GII) menempatkan Indonesia di peringkat 54 dari 133 negara, naik signifikan dari peringkat 61 tahun 2023. Namun, posisi ini masih di bawah negara Asia Tenggara lainnya. Faktor-faktor ketertinggalan ini mencakup belanja pendidikan, mobilitas mahasiswa asing, dan jumlah publikasi ilmiah.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan melaksanakan pertemuan dengan Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amarulla Octavian untuk membahas potensi kolaborasi strategis di bidang sains dan teknologi dalam rangka persiapan penyelenggaraan World Science Forum 2026 yang akan digelar di Indonesia. Pertemuan ini dilaksanakan di kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Rabu (2/7).

Baca Juga :  UDINUS BAGIKAN TAKJIL GRATIS KEPADA MAHASISWA TERDAMPAK COVID-19

“World Science Forum adalah panggung di mana Indonesia dapat menegaskan peran sains sebagai fondasi ketahanan global dan pemerataan pengetahuan,” ujar Wamen Fauzan.

Presiden Republik Indonesia (RI) dalam agenda Asta Cita menegaskan agar sains dan teknologi berfungsi sebagai pilar pembangunan dan pendorong ekonomi masa depan melalui hilirisasi dan industrialisasi. Hal ini senada dengan tujuan penyelenggaraan World Science Forum 2026, yang menekankan pada kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk untuk menjawab tantangan global melalui riset terapan, pengembangan talenta unggul, dan kemitraan lintas sektor.

Amarulla memaparkan tema World Science Forum 2026 di Indonesia, yakni ‘Science for Global Resilience and Equity’. Topik bahasan utamanya adalah mengembangkan sains yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta kesetaraan dan keselarasan antarnegara untuk mengurangi kesenjangan dalam bidang sains dan teknologi.

“Indonesia akan jadi tuan rumah World Science Forum untuk pertama kalinya. Kami harap Kemdiktisaintek berkenan untuk berkolaborasi dalam penyelenggaraannya,”

Baca Juga :  Kemdiktisaintek Perkuat Peran Humas dan Protokol

Selain itu, didiskusikan juga mengenai proses perencanaan Hakteknas 2025. Hakteknas diproyeksikan akan mengintegrasikan sains, teknologi, dengan ilmu sosial seperti inovasi sosial dan social engineering

Menindaklanjuti arahan Menteri Brian Yuliarto, Fauzan menyampaikan substansi dari kolaborasi ini adalah berdampaknya riset akademis untuk kepentingan pembangunan bangsa. 

“Substansi kegiatan ini beririsan dengan program Kemdiktisaintek dan BRIN. Intinya, bagaimana riset bisa dikaitkan dengan industri, dengan pusat-pusat inovasi, dan berdampak langsung ke masyarakat,” pungkas Wamen yang juga mantan rektor dua periode sebuah PTS itu. 

Mari bersama dorong transformasi Indonesia menjadi episentrum ilmu pengetahuan yang berdaya saing dan merata. Melalui kegiatan dan program yang produktif dan kolaboratif, diharapkan pemerintah, lembaga, dan masyarakat dapat bersama-sama membangun bidang sains dan teknologi yang berdampak.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif