Mendiktisaintek Dorong Perguruan Tinggi di Riau menjadi Penggerak Inklusivitas dan Inovasi Nasional
Riau–Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto menjalankan sejumlah agenda strategis di tiga perguruan tinggi serta menyambangi rumah mahasiswa penerima KIP Kuliah, Sabtu (28/6).
Rangkaian kegiatan tersebut meliputi orasi ilmiah di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), diskusi bersama perguruan tinggi swasta di Universitas Lancang Kuning (Unilak), kunjungan ke Universitas Sains dan Teknologi Indonesia (USTI), serta kunjungan ke kediaman mahasiswa baru Universitas Riau (Unri). Seluruh kegiatan difokuskan pada dorongan transformasi pendidikan tinggi dalam menjawab tantangan abad ke-21, terutama berkaitan dengan penguatan inovasi, penguasaan teknologi, dan inklusi sosial.
Dalam Sidang Senat Terbuka UMRI, Mendiktisaintek menekankan bahwa perguruan tinggi memegang peran sentral dalam menghadapi wicked problems seperti perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, dan disrupsi teknologi. Tingkat penyelesaian pendidikan tinggi yang baru mencapai sekitar 10% dari populasi usia produktif di Indonesia disebut sebagai hambatan signifikan dalam peningkatan daya saing bangsa.
“Kampus bukan menara gading, tapi harus jadi lokomotif perubahan,” tegasnya.
Stagnasi kontribusi sektor manufaktur berteknologi tinggi yang berada di angka 30% sejak 2013 turut disoroti sebagai indikasi deindustrialisasi yang perlu segera diatasi melalui kolaborasi antara kampus, industri, dan pemerintah daerah. Dorongan transformasi juga tak bisa dipisahkan dari pentingnya membangun budaya ilmiah yang produktif dan berkelanjutan.
“Semakin maju sebuah negara, semakin besar kebutuhan akan talenta sains dan teknologi,” ujar Menteri Brian.
Target Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi dengan PDB per kapita USD 14.000 diperkirakan tidak akan tercapai tanpa peningkatan signifikan dalam indeks penguasaan teknologi.
Pada kunjungan ke USTI, Mendiktisaintek menyampaikan pentingnya penguatan peran perguruan tinggi dalam mendukung industri lokal berbasis sumber daya alam. Menteri Brian mendorong integrasi tugas akhir mahasiswa dengan isu-isu nyata di sektor industri serta penguatan nilai budaya lokal dalam praktik sains dan teknologi.
“Kita butuh generasi muda yang tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga berakar kuat pada budaya Melayu dan Islam,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, disampaikan pula pentingnya peningkatan jenjang pendidikan dosen, dengan dukungan program fasilitasi studi lanjut dari kementerian.
Isu inklusi menjadi sorotan utama dalam diskusi bersama LLDikti Wilayah XVII yang bertempat di Unilak. Hingga saat ini, baru 114 perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Unit Layanan Disabilitas (ULD), meskipun keberadaannya telah diamanatkan dalam berbagai regulasi nasional maupun konvensi internasional.
“Kesetaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas bukan pilihan, tapi kewajiban. Saya berterima kasih Universitas Lancang Kuning sudah menjadi teladan,” ujar Menteri Brian.
Peluang fasilitasi beasiswa luar negeri dan surat rekomendasi kerja bagi mahasiswa disabilitas berprestasi juga disampaikan, termasuk kemungkinan kerja sama dengan pemerintah daerah dan Badan Usaha Milik Negara.
Kunjungan ditutup dengan silaturahmi ke rumah Mahasiswa Baru UNRI Penerima KIP Kuliah, Silma. Menteri Brian menyerahkan bantuan berupa laptop dan memberikan motivasi langsung.
“Apapun keterbatasannya, selama ada kerja keras dan doa orang tua, masa depan bisa dicapai,” tuturnya.
Silma menjadi contoh nyata bagaimana akses pendidikan dapat mengubah masa depan, terlepas dari keterbatasan ekonomi. Melalui kunjungan ini, Menteri Brian menegaskan kembali posisi strategis kampus sebagai penggerak kemajuan bangsa dengan inovasi, inklusi, dan kolaborasi sebagai kata kunci.
“Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi akan terus mendampingi transformasi ini di seluruh wilayah Indonesia,” pungkas Menteri Brian.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif