close

Petakan Aspirasi Masyarakat Sulawesi Selatan, Kemdiktisaintek Rumuskan Program dan Kebijakan Lebih Kontekstual

Jakarta – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan melakukan pemetaan aspirasi para pemangku kepentingan di Sulawesi Selatan yang disampaikan pada saat kunjungan kerja (kunker) reses Komisi X DPR RI ke Makassar beberapa waktu lalu. Pemetaan aspirasi ini merupakan bagian tindak lanjut kunker tersebut yang dimaksudkan untuk merumuskan program dan kebijakan Kemdiktisaintek yang lebih kontekstual.

Fokus utama dari pemetaan aspirasi tersebut nantinya diarahkan pada perluasan akses pendanaan riset, terutama untuk peneliti muda di daerah. Selain itu, fokus selanjutnya yakni penguatan kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah daerah guna mempercepat hilirisasi hasil-hasil riset.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman menyampaikan, bahwa Kemdiktisaintek terus berupaya memperjuangkan anggaran riset, baik dari APBN maupun melalui skema pendanaan kerja sama seperti dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ini, kata dia, bagian dari komitmen pemerintah untuk memastikan riset nasional punya dukungan yang kuat dan berkelanjutan.

“Secara khusus kami juga mengupayakan agar skema pendanaan ini semakin aksesibel bagi peneliti muda, agar mereka memiliki ruang yang cukup untuk berkontribusi sejak dini dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi nasional,” ujar Dirjen Fauzan.

Baca Juga :  Ditjen Diktiristek Luncurkan Program Insentif Peningkatan Artikel Ilmiah Bereputasi Tahun 2022

Dirjen Fauzan menambahkan, keberlanjutan pendanaan riset harus berjalan seiring dengan strategi pengembangan sumber daya manusia yang inklusif dan tepat sasaran. Sebagai bagian dari strategi tersebut, Kemdiktisaintek terus mendorong penciptaan ekosistem riset yang kolaboratif dan produktif.

“Kemendiktisaintek berupaya mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk bertransformasi menjadi research universities, yang kemudian berkembang menjadi entrepreneurial universities. Dengan pendekatan ini, riset dapat didanai oleh sektor swasta dan industri, sementara produk risetnya dapat dihilirisasi dan dikomersialisasikan, menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan antara akademia dan dunia industri,” jelas Dirjen Fauzan.

Kemdiktisaintek menilai bahwa kunker bersama Komisi X DPR RI merupakan langkah strategis dalam mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk berdialog langsung, menggali persoalan, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam memajukan ekosistem pendidikan dan riset nasional. Tak hanya sebatas menyampaikan arah dan kebijakan, Kemendiktisaintek juga menampung aspirasi masyarakat di lapangan, termasuk isu-isu penting seperti afirmasi anggaran pendidikan untuk wilayah Indonesia Timur dan dukungan fasilitasi riset dosen perguruan tinggi.

Baca Juga :  Mendorong Optimalisasi Anggaran, Dirjen Diktiristek Ingatkan Perguruan Tinggi Negeri Untuk Jaga Kualitas dan Integritas dalam Pelaksanaan Program

Dalam kunker pada Kamis (10/4) tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Himmatul Aliyah, menegaskan bahwa kehadiran langsung anggota legislatif di tengah masyarakat merupakan bagian penting dalam membangun kebijakan yang berorientasi pada kebutuhan riil.

“Kunjungan ini bukan sekadar agenda formal, tetapi bagian dari tanggung jawab kami di Komisi X untuk hadir langsung di tengah masyarakat, mendengar suara mereka, dan memahami tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, riset, kebudayaan, serta kepemudaan. Aspirasi dan masukan yang kami terima hari ini akan menjadi bahan penting dalam proses pengambilan kebijakan di pusat,” ujar Aliyah.

Momentum ini memperlihatkan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga legislatif, lembaga pendidikan, komunitas, dan lainnya dalam membangun masa depan pendidikan dan riset di Indonesia. Dalam konteks tantangan global dan kebutuhan inovasi yang semakin kompleks, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menciptakan solusi yang inovatif, adaptif, dan berkelanjutan.