close

Makin Mahir Berbisnis Setelah Ikut Wirausaha Merdeka

Wirausaha Merdeka adalah salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan peluang besar bagi mahasiswa untuk bisa belajar dan memperluas pengalaman di bidang wirausaha. Melalui program Wirausaha Merdeka, mahasiswa juga bisa mengembangkan usahanya dan mendapatkan umpan balik langsung dari mentor dan praktisi yang ahli di bidangnya. Meskipun pada tahun ini Wirausaha Merdeka baru memasuki angkatan ke-2 tetapi manfaat dari program ini telah dirasakan oleh banyak mahasiswa.

Matilda merupakan alumni Wirausaha Merdeka Angkatan 1 yang punya semangat dan minat besar dalam dunia wirausaha. Ia mulai berjualan sejak awal masuk perkuliahan. Matilda menyadari bahwa usahanya ini perlu dikembangkan sehingga ia terdorong mengikuti Wirausaha Merdeka.

“Saya ingin memperdalam dan memperluas peluang saya dalam wirausaha. Karena saat ini angka pengangguran cukup tinggi sehingga saya ingin mengikuti Wirausaha Merdeka agar bisa membuka usaha sendiri dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi lebih banyak orang,” jelas Matilda.

Matilda mengungkapkan bahwa Wirausaha Merdeka ini adalah program yang sangat menarik dan bermanfaat bagi mahasiswa. Menurutnya, melalui Wirausaha Merdeka mahasiswa dapat mengasah kemampuan kritis, menambah pengalaman, serta membuka peluang. Kemampuan ini mendukung mahasiswa untuk berbisnis dan berwirausaha sendiri setelah lulus sehingga tidak bergantung pada perusahaan.

Lulusan Universitas Muhammadiyah Kupang ini juga mengungkapkan bahwa program Wirausaha Merdeka memiliki persaingan yang cukup ketat dan tugas serta tanggung jawab yang besar. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya tahapan dalam program WMK ini. Mahasiswa yang telah lolos seleksi nantinya akan mengikuti program Wirausaha Merdeka selama satu semester.

Dalam satu semester, mahasiswa harus melewati tahap pre-immersion, immersion, dan post-immersion. Tahap pre-immersion menuntut mahasiswa untuk bisa menghasilkan ide bisnis yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tahapan ini adalah tahapan paling awal dari sebuah bisnis. Namun, dalam tahap awal ini mahasiswa sudah harus berdiskusi dengan dosen pembimbing lapangan (DPL) terkait ide bisnis mereka sehingga prosesnya selalu terpantau oleh DPL.

Tahap kedua adalah immersion. Pada tahap ini mahasiswa mulai melakukan produksi serta pitching. Tahap ini menentukan apakah mahasiswa bisa mendapat pendanaan atau justru harus mencari ide bisnis lainnya. Terakhir, tahap post-immersion yaitu tahap pendanaan dan pemasaran produk.

Ketiga tahapan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa dan memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa untuk menciptakan produk mulai dari awal ide pembuatan sampai tahap pemasaran produk. Adapun luaran atau proyek akhir (final project) dari kegiatan ini adalah produk hasil karya mahasiswa WMK.

Baca Juga :  Mata kuliah menarik berlimpah di Prodi Supervisor Jaminan Mutu Pangan Sekolah Vokasi IPB University

            Sebagai final project, Matilda dan tim membuat stik berbahan dasar daun kelor. Mereka memilih daun kelor sebagai bahan utama karena daun kelor tumbuh subur di NTT tetapi belum banyak dimanfaatkan. “Selain bahan dasar ini mudah, daun kelor juga mengandung protein yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan. Oleh karena itu, kami memilih daun kelor karena kami juga ingin menghasilkan produk cemilan sehat untuk masyarakat,” tutur mahasiswa asal Flores itu.

Selama mengikuti Wirausaha Merdeka, Matilda bersama tim diberi kesempatan untuk magang di salah satu UMKM yang mengelola dan memasarkan makanan khas NTT, termasuk olahan dari daun kelor. Di sana, mahasiswa Wirausaha Merdeka akan belajar membuat produk dari awal hingga belajar memasarkan produk UMKM tersebut ke toko-toko besar yang ada di daerah NTT. Dalam pemasaran tersebut, mahasiswa Wirausaha Merdeka tidak hanya belajar mengenai pemasaran tradisional tetapi juga pemasaran daring melalui media sosial. Matilda mengakui, ia mendapatkan banyak pengetahuan dan ilmu ketika magang di UMKM khususnya terkait pemasaran.

“Saya mendapatkan banyak peluang khususnya dari teknik pemasaran. Melalui Wirausaha Merdeka saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi industri di Jawa. Dari situ saya sangat antusias untuk belajar banyak hal terkait teknik pemasaran produk. Dalam kunjungan ini saya juga melihat langsung semangat anak-anak muda dalam memasarkan produknya dan hal ini menjadi motivasi besar untuk saya,” ucapnya.

Selain mendapat pengalaman dan pengetahuan, program Wirausaha Merdeka ini juga melatih mental mahasiswa agar benar-benar memiliki jiwa wirausaha yang baik dan pantang menyerah. Pasalnya, dalam pengajuan ide bisnis dan pengembangan bisnis tak jarang mahasiswa juga menerima banyak penolakan dan revisi dari DPL atau mentor. Oleh karena itu, mahasiswa juga harus bisa segera bangkit dan mulai memikirkan ide-ide bisnis lainnya.

Matilda juga menyampaikan dalam mengikuti program Wirausaha Merdeka perlu mental yang kuat dan pantang menyerah. Pasalnya, keseluruhan program Wirausaha Merdeka adalah proses yang panjang dan sangat ketat sehingga membutuhkan kesabaran, kegigihan, dan konsistensi yang tinggi. Dari kesulitan dihadapi saat mengikuti program ini, Matilda yakin bahwa ada kesempatan emas yang bisa didapat dengan menjadi wirausaha yang tangguh.

Baca Juga :  ITS Jajaki Kolaborasi Riset Industri bersama Panasonic

Setelah lulus dari program Wirausaha Merdeka, mahasiswa yang berdomisi di Kupang ini mulai mengembangkan bisnisnya. Ia saat ini membuka usaha peternakan ayam kampung. Selain itu, Matilda juga terus menjalankan bisnis daring yang sudah dirintisnya sejak awal kuliah dulu. Ia mengaku bahwa pengalaman dan pengetahuan yang ia dapatkan saat mengikuti WMK sangat membantu dalam pengembangan bisnisnya. Terlebih dalam hal pemasaran, ia saat ini semakin mahir memasarkan produknya dengan menggunakan metode pemasaran yang beragam. Matilda bersyukur mengikuti Wirausaha Merdeka karena  membawa banyak dampak positif bagi mahasiswa, terlebih bagi pengembangan bisnisnya.

“Wirausaha Merdeka ini memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di luar ruangan dan luar prodi. Selain itu, Wirausaha Merdeka juga memberi kesempatan untuk belajar dan bertemu dosen baru yang bisa diajak diskusi untuk mengembangkan rencana jangka panjang serta teman baru yang berasal dari berbagai universitas dan daerah yang berbeda-beda. Program WMK juga membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk praktik membuka bisnis dan terjun langsung ke dunia bisnis sehingga tidak hanya teori saja,” jelas mahasiswa yang melaksanakan WMK di Politeknik Negeri Kupang.

Duta Kampus Merdeka itu juga membagikan kiat-kiat untuk lolos program Wirausaha Merdeka. Menurutnya, mahasiswa harus pandai menggunakan sosial media contohnya menggunakan untuk mencari tahu program MBKM khususnya Wirausaha Merdeka. Selain itu, Matilda juga mengingatkan terkait konversi SKS. Mahasiswa harus memerhatikan apakah SKS-nya bisa terkonversi sehingga pembelajaran di universitas asal tetap bisa berjalan dengan baik. Matilda juga berharap WMK bisa terus berkembang dan menjadi program unggulan karena program ini memberi banyak manfaat.

“Program Wirausaha Merdeka ini merupakan hal yang sangat bagus dan saya bangga bisa mengikuti program ini. Dengan adanya WMK, mahasiswa yang memiliki passion dalam wirausaha bisa lebih terasah lagi kemampuannya. Mulai dari membuat produk sampai memasarkan produknya. Saya yakin orang yang berwirausaha tidak akan bosan belajar dan berproses di lingkungan baru sehingga WMK adalah program yang luar biasa bagi mahasiswa,”pungkasnya.

Penulis:
Mustika Maharani – Mahasiswa Magang MSIB Ditjen Dikti, Batch 5