Terbukti Membawa Dampak Positif, MBKM Mandiri Berjalan Luas di Sumut
Hampir memasuki tahun keempat sejak peluncuran kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), cerita baik implementasi MBKM baik melalui program-program flagship Kementerian maupun program yang diselenggarakan secara mandiri oleh perguruan tinggi dan para mitra, terus berdatangan dari seluruh penjuru nusantara.
Di Sumatera Utara, misalnya, kegiatan MBKM Mandiri telah berjalan luas kendati kalangan perguruan tinggi menghadapi sejumlah tantangan, terutama tantangan internal. Hal tersebut terungkap dalam acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) MBKM Mandiri yang diselenggarakan pada 31 Oktober–1 November 2023 di Medan, tepatnya di kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Sumatera Utara.
Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rudianto, menuturkan bahwa UMSU telah mengambil berbagai inisiatif penyelenggaraan kegiatan MBKM secara mandiri sejak kebijakan ini pertama kali diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2020 silam. Kegiatan yang diselenggarakan pun cukup beragam, mulai dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional hingga pertukaran mahasiswa.
“Sejalan dengan mahasiswa yang masih mengidolakan MBKM flagship, kami menjalankan MBKM Mandiri dengan BKP (Bentuk Kegiatan Pembelajaran) pertukaran mahasiswa. Dalam kerangka MBKM Mandiri, UMSU sudah bekerja sama dengan institusi di Thailand, Malaysia, Kamboja, dan Amerika,” tutur Rudianto.
Acara Sosialisasi dan Bimtek ini diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek; tim Kampus Merdeka Mandiri (KMM) yang berada di bawah koordinasi Pelaksana Pusat Kampus Merdeka; serta dengan LLDikti Wilayah I. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber yang terdiri dari tim pakar Direktorat Belmawa, tim teknis dari Pangkalan Data Pendidikan tinggi (PDDikti), dan tim ahli dari KMM. Peserta yang hadir mencapai 280 orang, terdiri dari 100 peserta yang hadir di lokasi dan 180 peserta yang mengikuti acara secara daring.
Turino Januar Budyanto, kepala Subbagian Pengembangan SDM dan Assessment Center PT Perkebunan Nusantara (PTP) IV Sumatera Utara mengatakan bahwa sejak tahun 2018 pihaknya sudah menerima mahasiswa magang, untuk memfasilitasi mereka memperoleh berbagai kompetensi yang relevan. Melalui program itu, setiap tahun PTP IV menerima sekitar 1500 mahasiswa magang yang ditempatkan di berbagai unit usaha yang tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
“BUMN punya program bernama Magang Generasi Talenta atau Magenta. Dalam konteks MBKM Mandiri, sejak 2021 kami sudah bermitra dengan 10 perguruan tinggi. Untuk kegiatan ini kami menugaskan seorang petugas khusus sebagai narahubung dengan perguruan tinggi,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala LLDikti Wilayah I, Saiful Anwar Matondang, mengatakan bahwa MBKM Mandiri adalah program yang pantas untuk diperjuangkan. Ia berharap agar MBKM Mandiri berjalan secara berkesinambungan dan mendapat dukungan dari kalangan perguruan tinggi, karena dampak MBKM terbukti cukup signifikan. Salah satu dampaknya, menurut Saiful, adalah membuat mahasiswa semakin mengenal budaya, kebiasaan, dan adat-istiadat yang berbeda.
“Setelah berjalan dua, tiga tahun, MBKM berjalan cukup luas, dan kita bisa melihat Indonesia yang semakin terasa kecil. Ada mahasiswa dari Makassar, Surabaya, Yogyakarta yang datang untuk kuliah di Medan dan sebaliknya. Dengan MBKM dosen juga akan banyak diajak aktif turun ke lapangan, terlibat membangun bangsa,” kata Saiful.
Sebagai latar belakang, acara Sosialisasi dan Bimtek MBKM merupakan bagian dari program nasional akselerasi MBKM Mandiri, yang akan diselenggarakan di 16 wilayah LLDikti di seluruh Indonesia. Sejauh ini kegiatan tersebut sudah berjalan di Aceh, Padang, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Denpasar, Gorontalo, Kupang, Ambon, Jayapura, Surabaya, dan Makassar.
Salah satu hal terpenting dalam MBKM adalah memberi hak kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studinya, bahkan di luar perguruan tinggi seperti di dalam perusahaan, organisasi sosial, atau terjun ke masyarakat. Dalam konteks itulah perguruan tinggi memerlukan banyak mitra yang bersedia terlibat dalam dunia pendidikan.
Koordinator Kampus Merdeka Mandiri, Donni Hadiwaluyo, mengatakan bahwa karena perbedaan kebutuhan di masing-masing wilayah LLDikti, maka di sejumlah wilayah diadakan Sosialisasi dan Bimtek, sementara di sejumlah wilayah lain diselenggarakan Bimtek dan Multi Stakeholder Dialogue (MSD). “Perbedaan kebutuhan itu bisa terjadi di tingkat LLDikti, perguruan tinggi, atau keduanya,” tutur Donni. (*)