Rapat Koordinasi Pimpinan LPPM/DRPM/LPM Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH)
Surabaya – Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat M. Faiz Syuaib menyatakan pentingnya dilakukan transformasi proses bisnis dan tata kelola Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM). Hal tersebut disampaikannya pada acara Rapat Koordinasi (Rakor) Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)/Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM)/Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) yang berlangsung di Kampus C Universitas Airlangga Surabaya, Jum’at (30/9). Rakor yang dipimpin oleh Ketua LPPM Universitas Airlangga Gadis Meinar Sari dan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Universitas Airlangga Ni Nyoman Tri Puspaningsih dihadiri oleh para pimpinan LPPM/DRPM/LPM PTNBH.
Dalam paparan “Transformasi Proses Bisnis dan Tata Kelola DRTPM”, Faiz menyatakan bahwa tolak ukur program dan aktivitas DRTPM ke depannya adalah sejauh mana penelitian dapat mengikuti sembilan bidang fokus riset nasional, serta bagaimana hasil riset kampus dapat dihantarkan dan diimplementasikan kepada masyarakat, bagaimana inovasi produk riset kampus dapat bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana perguruan tinggi sebagai institusi pelaksana Tri Dharma dapat menghasilkan, menyediakan, menyajikan artikel (karya tulis) dan presentasi (karya visual/audio visual) yang berupa publikasi ilmiah (scientific publication) maupun publikasi popular (popular publication) untuk dapat disampaikan kepada masyarakat.
“Semua aktivitas program di DRTPM, baik penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kekayaan intelektual, maupun jurnal dan artikel ilmiah harus dapat menjadi ukuran Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk mewujudkan hal tersebut dengan ketersediaan dana yang terbatas, maka harus dimulai dengan membangun gagasan bersama (matching idea), menentukan kesamaan pada aktivitas yang akan dikerjakan (matching activities), baru kemudian menentukan pendanaan, baik sumber maupun jumlah kebutuhan dana (matching fund),” ungkap Faiz.
Dari hasil profiling PTNBH pada program penelitian sejak tahun 2019 hingga 2022 diperoleh data bahwa sebaran judul penelitian terbesar terdapat pada bidang fokus sosial humaniora, kesehatan, dan pangan, sedangkan jumlah pendanaan penelitian terbesar terdapat pada bidang fokus Kesehatan. Untuk jumlah judul penelitian yang didanai pada setiap bidang fokus relatif sama, namun dari sisi nilai pendanaan riset terdapat perbedaan. “Dari sisi pendanaan, jumlah judul proposal penelitian yang paling banyak didanai adalah bidang fokus kesehatan dan pangan,” ujar Faiz.
Lebih lanjut pada kegiatan rakor tersebut, Faiz memaparkan bahwa pada riset dengan bidang fokus kesehatan diperoleh data PTNBH yang unggul adalah Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Hasanuddin, sementara riset dengan bidang fokus pangan, PTNBH yang menonjol adalah Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Andalas. Total pendanaan riset yang diperuntukkan bagi PTNBH yaitu sekitar 25 hingga 35% dari total dana riset DRTPM, sedangkan program pengabdian kepada masyarakat PTNBH hanya mencapai 5% dari total penelitian dengan bidang fokus yang lebih terbatas.
Faiz mengharapkan PTNBH dapat berperan menjadi lokomotif yang membawa “gerbong” perguruan tinggi lainnya berdasarkan pada klasterisasi “level of performa and reputation” dalam satu klaster bidang fokus yang sama dan bersama-sama menyusun peta jalan (roadmap) dan lintasan (trajectory) fokus bidang riset, serta berbagi peran dan tugas untuk saling mengisi roadmap dan trajectory menuju target dan tujuannya.
“Trajectory riset dibagi ke dalam 3 skema yaitu enabling, penugasan (afirmasi), dan kompetitif. Perguruan tinggi yang telah eligible dan memiliki kapasitas riset yang mumpuni akan diarahkan untuk berkompetisi dalam mencari mitra dan menjalin kerja sama, baik dari dalam maupun luar negeri. Roadmap dan profiling klaster bidang riset tersebut diharapkan menjadi dasar matching collaboration skema penelitian antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Diktiristek), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP),” terang Faiz.
Proses transformasi termasuk juga pada konsep pengembangan sistem informasi manajemen DRTPM di mana SINTA menjadi cikal bakal dalam sistem indeksasi total kinerja atau performa perguruan tinggi. Data yang saling terintegrasi dan terinterkoneksi antara satu sistem dengan sistem lainnya, seperti halnya GARUDA sebagai repositori publikasi dengan BIMA sebagai platform proses penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berinteropabilitas dengan sistem-sistem lainnya lalu ber”muara” pada satu sistem informasi yang bersifat partisipatif, real time, terintegrasi dan terkoneksi, single entry – multipurpose and claim, dan end to end process bernama SIMP3M (Sistem Informasi Manajemen Pengetahuan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) yang di dalam sistem tersebut di antaranya terdapat data research knowledge, income generating, serta product innovation Perguruan Tinggi.
Kebijakan strategi riset yang akan dilakukan oleh DRTPM dibagi menjadi tiga; Pertama, klasterisasi perguruan tinggi bertujuan agar perguruan tinggi yang lebih unggul memiliki kewajiban untuk me-leverage kampus-kampus di bawahnya; Kedua, penyusunan roadmap riset bidang fokus bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pada setiap jenis skema riset, pendanaan, serta review pada setiap masing-masing bidang fokus; Ketiga, skema pendanaan bertujuan agar target kampus bukan hanya sebatas cara untuk mendapatkan pendanaan, tetapi sampai pada tahap bagaimana untuk dapat membuat peluang lainnya sehingga trajectory riset yang dilakukan semakin mandiri.
(YH/DZI/FH/DH/NH/SH/MSF/LIR/SD)
Humas Ditjen Diktiristek
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman : www.diktiristek.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Diktiristek
E-Magz Google Play : G-Magz Tiktok : Ditjen Dikti