Kuriositas Sebagai Roda Penggerak Anak Bangsa
“Apakah kamu tahu mengapa…?”
Suatu pertanyaan yang mudah dipahami, tetapi sulit untuk dijawab. Pertanyaan ini menggoda rasa ingin tahu di dalam diri kita untuk mencari tahu akan hal-hal yang belum ketahui sebelumnya.
Mulai dari hal yang mendasar, “Apakah kamu tahu mengapa kamu membaca cerita ini?” hingga hal yang spesifik, “Apakah kamu tahu mengapa tidak ada Starbucks, Pizza Hut, ataupun waralaba sejenisnya di Italia?”
Rasa haus akan pengetahuan mendorong seseorang untuk terus melangkah dan mencari mata air yang dapat menuntaskan dahaga mereka. Bagi saya, mata air tersebut adalah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan kegiatan pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards.
Pertanyaan mendasar yang akan menjadi pokok pikiran dari cerita saya ini adalah, “Apakah kamu tahu mengapa saya berpartisipasi dalam program MBKM IISMA?”
Program ini menghadirkan banyak orang di dalam hidup saya, baik para rekan program IISMA yang menjadi sosok keluarga bagi saya selama hidup di luar negeri, hingga teman-teman yang saling bertukar kuriositas tentang negara dan budaya asal masing-masing.
Rasa solidaritas yang erat di antara para rekan IISMA saat pertama kali beradaptasi dengan lingkungan dan bahasa yang asing, bekerja sama dalam mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat lokal, saling mendukung saat ada yang sedang mengalami kesulitan dalam akademik atau sosial, hingga perbincangan mengenai politik dan hukum internasional yang menarik saat selesai makan bersama di malam masa karantina COVID-19 pasca ketibaan di Roma.
Keakraban yang dirasakan saat mengetahui bahwa kita saling berbagi nilai moral yang sama sejak dini dengan teman-teman dari Afghanistan dan Iran. Bertukar pikiran mengenai pendidikan dan sejarah dengan seorang sarjana yang sedang menempuh gelar Master keduanya. Berdiskusi hangat tentang perancangan tata kota di Indonesia dengan teman yang berpengalaman profesional dengan perancangan tata kota di Eropa. Keheranan yang dialami saat mengetahui
kondisi dan budaya politik di Montenegro yang cukup menyulitkan kehidupan hukum masyarakat.
Pengalaman-pengalaman seru seperti petualangan yang dilalui saat mendaki gunung dengan jalanan berbatu yang membeku dan licin akibat musim dingin. Pemandangan yang fenomenal saat melihat keindahan air terjun yang dingin dengan stalaktik es besar disekitarnya. Hingga Momen yang tak tergantikan saat pertama kali melihat kemegahan monumen bersejarah seperti Colosseum, Menara Miring Pisa, dan peninggalan peradaban Roma Kuno dan Pompeii.
Kehidupan bertentangga dengan masyarakat lokal membuat saya merasakan langsung nilai-nilai sosial dan budaya yang berkembang di daratan Eropa ini, seperti definisi ‘ketepatan waktu’ di Italia yang berbanding terbalik dengan Jerman, semarak perayaan natal dan tahun baru di Jerman dan Perancis dengan pergelaran pasar natal dan hiasan pohon natal yang lebih meriah dibanding perayaan di Roma dan Vatikan, yang merupakan pusat agama Katolik sedunia. Namun, desain eksterior dan interior gereja-gereja di Roma dan Vatikan tidak dapat ditandingi oleh gereja lain. Mulai dari gereja di Vatikan sendiri, hingga gereja-gereja lain yang tersebar di seluruh wilayah kota Roma, yang beberapa di antaranya adalah Gereja Santa Maria dell’Anima, Gereja Sant’Ignazio, dan Basilica San Paolo.
Seluruh pengalaman-pengalaman yang telah saya lalui selama hidup dan belajar di luar negeri mengubah pola pikir saya. Pertanyaan “Apakah kamu tahu mengapa…” yang awalnya timbul di pikiran saya telah berkembang menjadi “Mengapa suatu kondisi atau hal ini ada di Indonesia?”, “Bagaimana saya dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas suatu kondisi atau hal tersebut?”, dan berbagai pertanyaan-pertanyaan lain yang hingga saat ini menjadi roda penggerak saya untuk terus mengembangkan potensi diri agar dapat menemukan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan dalam batin saya. Saya harap cerita ini dapat membantu para generasi muda calon peserta program agar dapat menemukan jawaban mereka sendiri terhadap pertanyaan “Apakah kamu tahu mengapa kamu membaca cerita ini?” dan “Apakah kamu tahu mengapa kamu ingin berpartisipasi dalam program MKBM?”
Sumber:
Sophia Clara Anastasia (mahasiswa alumni program IISMA 2021 Universitas Sapienza, Roma)