Dr Sahara Paparkan Transformasi Pasar Tani Digital di Indonesia dalam Seminar Internasional Sistem Pangan Berkelanjutan di Asia Tenggara
Dr Sahara, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University diundang sebagai pembicara dalam seminar internasional tentang Sustainable Food System in Southeast Asia Under and Beyond COVID-19: Policy Evidence and Call for Action, 20/5. Seminar tersebut diselenggarakan oleh Departemen Agrikultur dan Sumberdaya Ekonomi Kasetsart University Thailand, The Mekong Institute, the Feed the Future Innovation Lab for Food Security Policy Research, Capacity, and Influence (PRCI), the Regional Strategic Analysis and Knowledge Support System (ReSAKSS-Asia), dan Agricultural Economics Society of Thailand di bawah Royal Patronage (AEST). Dalam kesempatan tersebut ia memberikan pandangan terkait transformasi pasar bagi produk pertanian di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah menimbulkan keresahan pada ketahanan rantai pasok pertanian. Terlebih, produk hasil pertanian diproduksi oleh petani kecil di pedesaan. Sedangkan konsumen produk tersebut sebagian besar berasal dari kota-kota besar. Maka dari itu, rantai pasok dari hasil pertanian cenderung masih bergantung erat pada jaringan transportasi jarak jauh dan melibatkan banyak perantara.
Sebelum pandemi, katanya, keberadaan retailer pangan modern dan konvensional di Indonesia telah sukses menghubungkan petani kecil dan konsumen. Menurutnya, penggunaan pasar online bagi hasil tani menimbulkan beberapa fraksi selama pandemi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian menggunakan model probit untuk mengidentifikasi faktor penentu yang mempengaruhi keputusan konsumen Indonesia.
Ia mengatakan, petani kecil masih bergantung pada pemasaran secara konvensional. Padahal, metode ini masih melalui banyak perantara dan pihak. Dengan adanya pasar digital, kata Dr Sahara, petani kecil berpeluang besar untuk memasarkan produknya secara lebih luas dan lebih menguntungkan selama pasca pandemi.
“Pasar digital masih terus berkembang bahkan di era pandemi COVID-19, meningkatkan akses pembeli produk pangan dan memberikan lebih banyak kebijakan untuk industri dan pedagang untuk menjual produknya melalui pasar digital pasca COVID-19,” jelasnya.
Dosen IPB University itu melanjutkan, beberapa faktor yang berpengaruh dalam transisi petani untuk mengadopsi pasar digital yakni usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, ketergantungan pada pasar konvensional, kualitas produk termasuk keamanan pangan. Tidak hanya itu, Dr Sahara juga menyebut bahwa peran generasi muda juga sangat penting dalam pengembangan pasar tani digital.
Ia juga menyebut, generasi muda dan konsumen berpendidikan yang memiliki pekerjaan tetap cenderung akan terus menggunakan pasar digital. Hasil penelitian tersebut penting bagi pedagang untuk menjual produknya melalui kanal online. Tidak hanya itu, hasil penelitian tersebut juga berguna untuk mendorong kebijakan pertanian di Indonesia yang mampu menghubungkan petani kecil dengan konsumen melalui kanal online. (MW)