Didukung WHO, Lab Vibrastik ITS Kenalkan Boneka Pengukur Tingkat Kebisingan
Kampus ITS, ITS News – Memperingati Hari Pendengaran Sedunia pada Maret 2022 ini, Laboratorium Vibrasi dan Akustik (Vibrastik) Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Departemen Ilmu Kesehatan THT-Kepala Leher Universitas Airlangga (Unair), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo, Perhimpunan Dokter THT-Kepala Leher (Perhati-KL) Cabang Jawa Timur Utara, dan didukung oleh World Health Organization (WHO), memperkenalkan boneka Jolene sebagai perangkat pengukur kebisingan suara.
Berdasarkan World Report on Hearing oleh WHO pada 2021, disoroti peningkatan jumlah orang yang hidup dalam risiko mengalami gangguan pendengaran. Hal ini dapat dipicu oleh paparan kebisingan dalam intensitas waktu di luar batas yang dianjurkan. “Gangguan pendengaran akibat kebisingan ini bersifat permanen sehingga perlu adanya tindakan pencegahan,” ungkap Steering Committee Jolene regional Indonesia Dr dr Nyilo Purnami SpTHT-KL(K) FICS FISCM.
Upaya pencegahan gangguan pendengaran dapat dilakukan dengan mengadaptasi kebiasaan mendegar yang baik, salah satunya dengan memantau ambang batas kebisingan. Dengan mengetahui level bunyi di sekitar kita, dapat dilakukan beberapa tindakan seperti mulai membatasi volume audio hingga menggunakan pelindung telinga seperti earplug di area bising. “Jolene dirancang untuk membaca level audio yang didengar pengguna,” tutur Dr Dhany Arifianto ST MEng, penanggung jawab acara World Hearing Day regional Indonesia.
Lebih dalam, Dhany memaparkan cara penggunaan Jolene. Pertama, mikrofon yang diletakkan dalam telinga Jolene akan menangkap bunyi di sekitarnya. Selanjutnya, tangkapan audio akan dibaca oleh Sound Level Meter (SLM) yang sudah terhubung dengan mikrofon. “Alat SLM inilah yang membaca tingkat kebisingan sekitar,” imbuh Kepala Pusat Penelitian Internet of Things dan Teknologi Pertahanan ITS ini.
Dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini melanjutkan bahwa level audio berupa nilai desibel (dBA) yang terbaca pada alat, selanjutnya diidentifikasi tingkat durasi yang aman untuk mendengarkan dengan kekuatan bunyi tersebut. “Membatasi durasi waktu dari paparan suara bising mampu menyelamatkan pendengaran jangka panjang,” terang alumnus ITS angkatan 1992 ini.
Durasi yang aman ini dapat ditentukan melalui tabel standarisasi nasional yang mencakup durasi dan tingkat kebisingan. Contoh pembacaannya ialah tingkat kebisingan yang terbaca sebesar 120 dBA pada SLM ini aman didengarkan dengan durasi tidak lebih dari 10 menit. “Tingkat volume mendengarkan musik yang ideal sendiri ialah 60 persen dari batas maksimum selama 60 menit per hari,” jelasnya.
Tak sebatas mendemokan dalam seminar luring dan daring bertemakan Untuk Bisa Mendengar Seumur Hidup, Mendengarlah dengan Hati-Hati! saja, Laboratorium Vibrastik Departemen Teknik Fisika ITS juga mensosialisasikan penggunaan Jolene langsung ke masyarkaat umum di Taman Bungkul, beberapa waktu lalu. Asisten laboratorium membantu masyarakat untuk mengukur tingkat kebisingan ponsel mereka dan mengedukasi mengenai durasi aman mendengarkan bunyi dengan kebisingan tersebut.
Dhany berharap, ke depannya Jolene dapat diterapkan di fasilitas publik untuk mengukur tingkat kebisingan di tempat umum. “Semoga dengan berkembangnya Jolene di kalangan masyarakat, kepedulian masyarakat akan aktivitas mendengar yang aman dapat semakin meningkat,” pungkasnya berharap. (HUMAS ITS)