close

Dosen IPB University Ciptakan Inovasi Media Tanam Zeoponik

Keberhasilan budidaya tanaman hortikultura dipengaruhi oleh kualitas media tanam. Beberapa kelemahan dari media tanam yang sudah ada saat ini adalah nilai kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah sehingga pemberian pupuk menyebabkan daya hantar listrik (DHL) meningkat. Hal tersebut menyebabkan terganggunya penyerapan unsur hara oleh tanaman. Pada media tanam biasa, penambahan pupuk akan memicu peningkatan daya hantar listrik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Hal ini memotivasi sejumlah dosen IPB University untuk mengembangkan media tanam Zeoponik. Dosen IPB University tersebut adalah Dr Suwardi, Dr Dyah Tjahyandari Suryaningtyas, Putri Oktariani, SP, MAgr.  Inovasi ini mendapat pendanaan melalui program Kedai Reka dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang merupakan wadah kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri.

Dr Suwardi menerangkan, Zeoponik adalah media tanam berbahan dasar zeolit yang dicampur dengan beberapa bahan lain seperti kompos, cocopeat, pupuk makro dan mikro dengan jumlah yang seimbang. Zeolit merupakan mineral aluminosilikat terhidrat berongga yang mengandung kation kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), serta magnesium (Mg).

Baca Juga :  Seleksi Masuk UI Lewat SNMPTN Dibuka Hingga 24 Februari 2021

Deposit zeolit dapat ditemui di banyak tempat seperti Lampung, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Malang.  Dosen IPB University itu menjelaskan,  Zeoponik memiliki kelebihan dibandingkan dengan media tanam yang telah ada sebelumnya. Dr Suwardi menyebutkan bahwa gabungan zeolit, cocopeat, dan kompos merupakan kombinasi yang saling melengkapi.

Zeolit memiliki karakteristik kapasitas tukar kation yang tinggi, kompos sumber bahan organik, unsur hara dan mikroba. Sedangkan cocopeat menurunkan berat jenis, memperbesar pori dan meningkatkan daya ikat air pada media tanam.

“Zeoponik memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi serta dapat mempertahankan daya hantar listrik tetap rendah meski diberi tambahan pupuk, sehingga unsur hara dapat diserap oleh tanaman secara optimal,” kata Dr Suwardi.

Ia melanjutkan, berat jenis yang rendah membuat media tanam memiliki banyak ruang pori dan tidak mudah menjadi padat. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi proses pertukaran udara, penyerapan nutrisi, serta pertumbuhan akar tanaman.

Pengujian efektivitas media tanam dilakukan di rumah kaca Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University. Pengujian dilakukan pada tanaman tomat, terong, dan cabai. Tanaman yang menggunakan Zeoponik menunjukkan pertumbuhan lebih baik mulai dari tinggi tanaman, memiliki daun lebih banyak, dan memiliki bobot lebih berat dibandingkan tanaman yang menggunakan media tanam lain.

Baca Juga :  FKM UI dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia DKI Jakarta Susun PARC-19 Sebagai Strategi Perang Total Hadapi COVID-19

Saat ini, Dr Suwardi beserta tim bekerja sama dengan CV Transindo Citra Utama untuk komersialisasi media tanam Zeoponik sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.

Sementara, Dr Dyah menyebutkan bahwa hak paten untuk formula dan merek Zeoponik juga telah didaftarkan. Zeoponik dikemas dalam kemasan plastik dan dibanderol dengan harga Rp 14 ribu per lima liternya. Pemasaran produk dilakukan secara online melalui media sosial maupun marketplace serta secara offline melalui reseller.

“Rencana mendatang kami untuk pengembangan produk Zeoponik adalah formulasi khusus untuk masing-masing jenis tanaman. Karena setiap jenis tanaman memiliki karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan media tanam dan nutrisi yang berbeda juga,” tutur Dr Suwardi optimis. (*)