close

Pakar IPB University Bagikan Tips Redakan Stres

Stres dapat digambarkan sebagai suatu kondisi tegang atau terasa ada beban yang membuat kepala, leher, punggung, dan bahkan mungkin seluruh tubuh kita terasa tidak nyaman. Ini adalah reaksi tubuh yang umum dirasakan ketika seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau perubahan.

Dr Melly Latifah menjelaskan bahwa stres merupakan hasil persepsi seseorang terhadap kondisi yang dinilai melebihi batas kemampuan diri untuk dapat mengatasinya. Kejadian-kejadian dalam kehidupan seperti pekerjaan, kematian, perceraian, kekerasan, bencana, paceklik, pemutusan hubungan kerja (PHK), konflik, kemacetan, dan kejadian menekan lainnya dapat menjadi sumber stres (stressor).

“Stres dapat membuat kinerja buruk, tidak produktif, bahkan memicu berbagai macam penyakit. Ada banyak bukti ilmiah bahwa dalam jangka panjang, stres berdampak buruk bagi kesehatan,” ujarnya.

Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia ini menekankan bahwa paparan stres dalam jangka panjang dapat merusak sistem saraf simpatik yang bertugas mengendalikan detak jantung, pernapasan, keringat, aliran darah, kekuatan otot, dan kegiatan mental serta melemahnya sistem kekebalan. Hal itu menjadi penyebab langsung kerentanan terhadap berbagai penyakit seperti maag, flu, penyakit kardiovaskular, kanker, dan mempercepat penuaan (aging).

Baca Juga :  Universitas Jember Canangkan Pembangunan ZI-WBK

“Kehidupan yang dinamis memungkinkan setiap orang mengalami stres di dalam perjalanan hidupnya,” katanya.  Ia menekankan, saat mengalami stres jangan biarkan hal tersebut berlarut-larut, apalagi sampai bertumpuk dengan stres-stres yang datang kemudian. Agar jiwa dan raga sehat, segera tanggulangi stress dengan menyadari bahwa anda sedang mengalami stress. Kemudian coba untuk menganalisis sumber penyebab masalahnya.

“Kita juga bisa lakukan tindakan untuk mengatasi masalah atau mengubah situasi yang ada,” lanjutnya.

Jika masalah tidak bisa diatasi, ia memberikan tips untuk mengubah cara pandang terhadap situasi dengan melihatnya dari sisi positif. Kegiatan relaksasi seperti beribadah, berdzikir, meditasi, mendengarkan musik, mandi air hangat, serta latihan pernafasan menurutnya dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan terancam, takut, cemas, dan emosi negatif. Melakukan hobi juga dapat membuat pikiran lebih rileks.

Baca Juga :  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Fujita Health University

“Respon fisik terhadap stres dapat dikelola dengan melakukan olah raga, makan makanan yang sehat dan bergizi, serta istirahat yang cukup,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, melakukan aktivitas sosial serta melihat orang-orang yang kurang beruntung di sekitar dapat membuat kita merasa lebih bersyukur dan membantu dalam pembentukan sikap ikhlas. Ketika semua langkah telah dilakukan namun gejala stres belum juga berkurang atau semakin bertambah maka jangan ragu untuk mencari dukungan dari keluarga, teman akan, serta ahli seperti konselor dan psikiater. (SWP/Zul)