Mendikbudristek Diskusikan Kampus Merdeka di ITS untuk Perubahan Pendidikan
Kampus ITS, ITS News – Keberlangsungan program inovasi pemerintah untuk memajukan pendidikan tinggi masih terus digelorakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. Lewat Dialog Kampus Merdeka, Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, BA., MBA. menyosialisasikan mengenai program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) bersama para pimpinan dan perwakilan mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) se-Jawa Timur di Plaza dr. Angka Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kamis (21/10).
Berlangsung secara hibrida, rangkaian kegiatan roadshow Mendikbudristek ini juga dihadiri beberapa pejabat lainnya, di antaranya adalah Wakil Gubernur Jawa Timur (Wagub Jatim) Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc. dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D., IPU ASEAN Eng.
Melihat capaian kampus pahlawan ini, Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. mengatakan bahwa dari delapan aktivitas yang diadakan oleh MBKM, ITS adalah perguruan tinggi dengan poin pertumbuhan tertinggi. Hal itu tentu saja ditunjang dengan partisipasi mahasiswa dan iklim Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang berjalan dengan baik di ITS.
Total terdapat 8.451 mahasiswa ITS yang berpartisipasi dalam program MBKM ini. Di antaranya ada 34 orang yang berpartisipasi dalam Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan, 4.745 mahasiswa mengikuti KKN Tematik, Magang Bersertifikat sebanyak 687 orang, Studi Independen 1.400 orang, Kewirausahaan sebanyak 292 orang, penelitian sebanyak 66 orang, mengikuti pertukaran pelajar sebanyak 887 orang, dan Proyek Kemanusiaan sebanyak 340 mahasiswa.
Tak hanya itu, ITS juga berhasil memenangkan dana hibah hasil beberapa kompetisi yang juga diselenggarakan oleh program MBKM. Rektor yang kerap disapa Ashari ini melanjutkan, jika ITS sudah memaksimalkan kegiatan yang ada di program Kampus Merdeka. “Pasalnya, tak hanya mahasiswa yang berpartisipasi, namun insan dikti (pendidikan tinggi, red) juga turut memenangkan kompetisi, bahkan mendapatkan perolehan terbaik,” ungkapnya.
Di antaranya, papar Ashari, pada Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) ITS menjadi PT yang mendapatkan peringkat 3 Pendanaan Terbesar, pada Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI) menjadi PT paling banyak yang didanai yakni sebanyak enam startup, serta terdapat Kedaireka Matching Fund Terbanyak kedua dengan 17 proposal.
“Capaian ITS di berbagai kompetisi yang terkait telah membuktikan bahwa ITS adalah kampus yang mempunyai jalinan kerja sama yang baik dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri), mempunyai iklim inovasi dan kewirausahaan yang terdepan, dan kerangka pembinaan prestasi yang baik,” jelas lelaki kelahiran Sidoarjo ini.
Selain acara dialog terbuka, terdapat pameran yang menyuguhkan berbagai produk inovasi dari ITS, mulai dari i-nose 19, i-Car, i-Boat, Co-Film+, Robot Raisa, mesin cetak Braille, dan lain-lain. Bahkan saat baru tiba di kampus ITS, Nadiem juga sempat mencoba menaiki i-Car, mobil autonomous atau tak berawak rancangan ITS, untuk menuju ke lokasi acara.
Membuka diskusi, Nadiem menegaskan, jika pendidikan ini butuh perubahan segera. Nantinya jika sistem pendidikan di Indonesia baik, negara-negara lain akan menjadikan contoh. Walaupun baru pertama berjalan, Nadiem berpesan agar tidak cepat lelah dan bisa bersama-sama dalam melewati masa yang sulit. “Agar program berjalan sukses memang tak bisa sekali berhasil, butuh percobaan kedua, ketiga serta dibarengi evaluasi yang baik,” ujar lelaki yang akrab disapa Mas Menteri ini.
Ia mewanti-wanti kepada para rektor dan kepala program studi di perguruan tinggi agar tidak membatasi mahasiswa dalam mengikuti program Kampus Merdeka yang mempunyai syarat memenuhi 20 SKS per semesternya. “Jangan pula mempersulit mahasiswa yang ingin belajar dan kredit semester di luar lini jurusannya. Pasalnya, zaman semakin maju dan mahasiswa tidak hanya butuh satu disiplin ilmu untuk bisa sukses dalam dunia kerja,” tandasnya mengingatkan.
Selain itu, ada banyak kasus mahasiswa yang berkuliah tidak sesuai dengan minatnya, maka dari itu program MBKM yang bisa melakukan transfer SKS di luar ilmu disiplin ini benar-benar ditujukan untuk bisa belajar ilmu lain dengan merdeka. “Bisa saja mereka ke depan setelah lulus kuliah dapat berkarir dengan ilmu yang hanya diberikan sebatas 3 semester,” ucap Nadiem.
Sementara itu, Dirjen Dikti menambahkan, jika ke depannya akan ditetapkan target 150.000 mahasiswa berpartisipasi di MBKM, dan Matching Fund sebanyak 5 kali lipat. Peningkatan ini diharapkan dapat menjadi tolakan yang baik bagi perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia. “Diharapkan nantinya output-an program ini dapat memperbaiki kualitas dari dunia industri, inovasi dan pembangunan Indonesia ke depannya,” tutur Nizam. (HUMAS ITS)