Manfaatkan Limbah Air Wudhu untuk Budidaya Perikanan dan Hidroponik
Kampus ITS, ITS News – Air yang telah digunakan untuk berwudhu bagi masyarakat muslim, ternyata masih bisa dimanfaatkan kegunaannya untuk hal lainnya. Seperti yang dilakukan oleh 25 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) yang berhasil memanfaatkan limbah air wudhu untuk budidaya perikanan air tawar dan budidaya tanaman hidroponik.
Yoga Fredi Arisko, ketua tim, mengatakan bahwa KKN Abmas yang dilakukan timnya bertempat di Pondok Pesantren Al Khoiriyah, Dusun Duwet, Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung. Ia menjelaskan, tujuan pemanfaatan limbah air wudhu ini dilakukan untuk menghindari terbuangnya bekas air wudhu yang terhitung masih jernih jika dibandingkan dengan limbah air rumah tangga.
Menurut Yoga, limbah air wudhu tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain, di antaranya seperti untuk pengisian air kolam ikan maupun budidaya tanaman hidroponik. “Sangat disayangkan jika (limbah air wudhu) dibuang begitu saja,” tuturnya.
Mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ini melanjutkan, pemanfaatan limbah air wudhu dimulai dengan melakukan penampungan air dalam tandon berkapasitas 250 liter. Kemudian, air dari tandon akan dialirkan ke alat penjernih air sederhana untuk dibersihkan terlebih dahulu.
Diungkapkan Yoga, alat penjernih sederhana ciptaan timnya terbuat dari dua buah timba air berkapasitas 50 liter yang diisi kapur dan paranet sebagai komposisi filternya. Setelah melalui proses penjernihan, lanjutnya, limbah air wudhu akan dialirkan untuk mengisi kolam ikan di pesantren tersebut sebelum dialirkan menuju tanaman hidroponik.
Yoga menuturkan, mekanisme alat yang digunakan dari tahap penjernihan sampai ke tanaman hidroponik merupakan sistem yang tertutup. Menurutnya, hal ini memungkinkan penggunaan yang lebih efisien karena limbah air wudhu di dalamnya akan terus berputar di tiga komponen tersebut sehingga tidak perlu repot mengganti airnya setiap hari. “Penggantian airnya dilakukan 1-2 minggu sekali saat menguras kolam ikan atau saat dirasa sudah kotor,” paparnya.
Selain penggunaannya yang efisien dan praktis mengurangi pembuangan air berlebih, Yoga mengklaim alat yang dibuat timnya juga bernilai ekonomis. Ia menyebutkan, sejak tahap penjernihan, timnya menghindari penggunaan listrik agar tidak perlu mengeluarkan biaya berlebih.
Pihak Pondok Pesantren Al Khoiriyah pun dapat menghemat penggunaan air saat mengisi kolam ikan miliknya. Sementara itu, pihak pondok pesantren juga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk vitamin tanaman hidroponik yang dibudidayakan, karena air yang digunakan sudah mengandung nutrisi dari kolam ikan.
Lebih lanjut, hasil panen hidroponiknya pun dapat dimanfaatkan untuk konsumsi pihak pondok pesantren atau dijual dengan total lebih dari 100 tanaman setiap panennya. Yoga menambahkan, alat yang dibuat juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran outdoor oleh pihak pondok pesantren. “Diharapkan alat ini juga bisa dijadikan sebagai bahan edukasi budidaya ikan maupun sayuran,” tambahnya.
Meskipun melewati proses yang panjang sejak awal bulan September lalu, mahasiswa angkatan tahun 2019 ini merasa senang, terutama dengan antusiasme warga pondok pesantren. Berbekal pipa sepanjang 25 meter, Yoga merasa lega kerja keras timnya dalam merancang dan menyelesaikan perakitan alatnya selama delapan hari disambut dengan sangat baik. “Semoga ke depannya alat ciptaan tim kami dapat bertahan lama, sehingga bisa terus dimanfaatkan,” ujarnya penuh harap. (HUMAS ITS)