Mahasiswa ITS Ciptakan KEEP, Aplikasi Pemantau Kondisi Manula
Pandemi Covid-19 bukanlah halangan bagi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk melahirkan karya baru yang inovatif. Seperti halnya yang dilakukan oleh tiga mahasiswa Departemen Teknik Elektro yang berhasil membuat aplikasi KEEP, alat untuk memantau kondisi serta aktivitas manusia lanjut usia (manula) dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT).
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Muhammad Naufal Prawironegoro, Muhammad Yusuf, dan Audi Tomy Reriya Sakti. Mahasiswa yang tergabung dalam tim Viktorits ini berhasil meraih juara pertama dalam ajang kompetisi DILo Hackathon Festival (DHF) kategori Health pada pertengahan September lalu.
KEEP merupakan sebuah sistem pemantauan yang terdiri dari wearable device, robot serta aplikasi pemantau berbasis multiplatform. Alat ini berfungsi untuk memantau keadaan manula serta memberi peringatan jika kondisi manula dalam keadaan bahaya. “Seperti serangan jantung kondisi tidak stabil, atau bahaya lainnya,” papar Audi Tomy Reriya Sakti atau kerap disapa Tomy ini.
Ide ini berangkat dari permasalahan yang dijumpai pada manula, di mana semakin bertambahnya usia seseorang itu membuat kondisi fisik individu juga ikut menurun. Ditambah berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim menunjukkan sebanyak 43 persen manula tinggal bersama tiga generasi dan 9 persen manula berdomisili secara mandiri.
Tomy mengungkapkan bahwa lansia itu sering jatuh karena terkena serangan jantung koroner mendadak atau tiba-tiba stroke. Maka aplikasi ini hadir agar dapat digunakan oleh keluarga terdekat, pihak puskesmas atau dokter pribadi apabila ada bahaya atau sakit mendadak. Lalu ahli kesehatan bisa menyarankan penanganan pertama yang harus dilakukan.
Cara kerja dari KEEP ini dimulai dari perangkat Wearable pada manula yang berkomunikasi dengan robot turtlebot secara lokal melalui gateway. Untuk bertukar informasi mengenai kondisi manula seperti kondisi jatuh yang dideteksi oleh sensor accelerometer dan kondisi detak jantung yang dibaca oleh sensor ECG (Electrocardiography).
Kemudian dari gateway tersebut diunggahlah log kondisi manula ke cloud storage floucloud. Data pada Cloud dapat diakses melalui aplikasi admin dan aplikasi pemantau. “Cloud juga memberikan notifikasi pada aplikasi tersebut jika ada kondisi yang ditentukan terjadi pada manula,” tutur Tomy.
Perangkat admin dan pemantau dapat mengontrol dan memberikan umpan balik kepada turtlebot. Kondisi manula akan terus diperbarui dari Cloud kepada dokter untuk mendapatkan saran yang nantinya akan muncul pada monitoring aplikasi.
Dalam pembuatan alat ini ada beberapa tools penunjang baik itu berupa hardware maupun software. Penunjang itu di antaranya adalah platform Telkomsel databox API, server storage floucloud, Bot, Robot Operating System (ROS), If This Then That (IFTTT), dan Wearable Device.
Keunggulannya dari alat ini yakni dapat diakses secara realtime dan memiliki supervisi yang lebih menyeluruh karena ada modul ECG sensor jatuh dan membaca aktivitas abnormal. “Selain itu, kita menyediakan customer experience yang mudah dan customer journey yang efisien, tentunya juga sudah kami validasi,” terang Tomy mengakhiri. (naj/HUMAS ITS)