DISKUSI FORUM INOVASI PTN-BH
Bandung—Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi M. Faiz Syuaib menyampaikan bahwa saat ini Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) tidak akan mengubah skema program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah ada, melainkan fokus dalam memperbaiki tata kelola program tersebut. Hal tersebut disampaikannya dalam paparan “Transformasi Proses Bisnis dan Tata Kelola Program dan Kinerja DRTPM” dalam kegiatan Diskusi Forum Inovasi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yang bertempat di Conference Hall, Gedung CRCS Institut Teknologi Bandung, Jumat (14/10/2022).
“Dengan resources yang begitu beragam maka program-program riset harus bersifat enabling. Perguruan tinggi yang belum pernah melakukan riset diberikan kesempatan untuk dapat melakukan riset melalui penugasan, kemudian jika sudah memiliki pengalaman maka dapat ikut berkompetisi dalam pendanaan riset program kompetitif nasional. Mereka yang mempunyai competitiveness tertinggi di-level-nya maka mempunyai bargain position terbaik dan bisa melakukan kerja sama. Mereka yang ingin engage dengan industri adalah mereka yang memiliki bargain dengan industri. Begitu juga positioning kampus yang memiliki bargain terbaik dapat melakukan kerja sama dengan mitra dari luar negeri,” ungkap Faiz.
Faiz menambahkan bahwa klasterisasi perguruan tinggi termasuk indeksasi SINTA tidak ditujukan untuk perangkingan atau pemeringkatan, melainkan untuk mengindentifikasi, mengukur kinerja (performa) perguruan tinggi, dan mengelompokkan agar perguruan tinggi dapat saling berbagi tugas dalam riset, teknologi, pengabdian masyarakat, dan inovasi.
Dalam mendukung terwujudnya tata kelola yang lebih baik, Faiz mengatakan perlu dibangun sistem informasi yang dapat saling melengkapi dan mengintegrasikan data-data yang dimiliki perguruan tinggi, mulai dari pendidikan dan pengajaran, riset yang dilakukan, luaran riset, hingga pengabdian kepada masyarakat.
“DRTPM memiliki platform Sinta, Bima, Arjuna, Garuda, Rama yang semua sumber datanya berasal dari kampus. Bagaimana semua data tersebut dapat linking jika tidak dapat diintegrasikan, maka tentunya perlu diinterkoneksikan atau di-interoperability-kan. SINTA dapat menarik data-data yang sumbernya berasal dari kampus. Nantinya semua data tersebut bermuara dalam satu sistem bernama bernama Sistem Informasi Manajemen Pengetahuan, Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat (SIMP3M),” ujar Faiz
Lebih lanjut dalam diskusi tersebut, Faiz mengatakan bahwa performa perguruan tinggi diukur menggunakan 8 indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi (8 IKU-PT). Riset yang dihasilkan bukan diukur hanya dari hasil publikasi dosennya semata, tapi juga dari kontribusinya terhadap 8 IKU. Pengabdian kepada masyarakat pun bukan semata-mata mendapatkan pendanaan saja, namun jika dapat me-leverage sesuatu, maka ada tolak ukur di situ. Untuk IKU ke-5 (hasil kerja dosen digunakan masyarakat atau mendapat rekognisi internasional), tentunya harus dapat diukur dari sisi kebermanfaatan serta diformulasikan secara tepat.
Faiz mengharapkan bahwa PTN-BH dapat menjadi lokomotif untuk membawa “gerbong” perguruan tinggi lainnya dalam satu klaster bidang fokus yang sama dan bersama-sama menyusun peta jalan (roadmap) dan lintasan (trajectory) fokus bidang riset. “Ada alignment, siapa yang bertugas di hulu dan apa tugasnya, serta membantu merumuskan bagaimana menggunakan dan mengoptimalkan resources (man, money, material) yang dimiliki dan menggabungkannya,” tambah Faiz.
Faiz juga menyarankan agar penyelenggaraan kegiatan Diskusi Forum Inovasi PTN-BH dapat menjadi agenda rutin yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan bergilir sebagai host acara tersebut. Selain itu, Faiz menambahkan bahwa diperlukan juga penyelenggaraan kegiatan kolaborasi antar PTN-BH yang serupa dengan kegiatan ITB CEO Summit on Innovation guna penguatan dan pengembangan inovasi perguruan tinggi melalui kemitraan usaha dan industri.
“Upaya solutif bagi perguruan tinggi untuk membangun kerja sama industri (profit) adalah dengan membuat Badan Pengelola Usaha untuk mengelola kontrak Business to Business (B2B), berperan sebagai perusahaan yang menampung teknologi produk dari kampus, mengelolanya secara professional, serta aktif mencari pasar,” pungkas Faiz.