Diplomasi Kopi ala Awardee IISMA
Jakarta, Kemendikbudristek – Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan beraneka ragam jenis kopi. Di Indonesia, tanggal 11 Maret diperingati sebagai Hari Kopi Nasional. Bicara soal kopi, mahasiswa awardee IISMA juga telah menunjukkan dukungan mereka kepada Indonesia melalui diplomasi kopi.
Salah satu prestasi awardee IISMA yang unik terjadi ketika memenangkan kompetisi kreasi kopi di mata kuliah “The Design of Coffee”. Pada mata kuliah tersebut, mahasiswa diperkenalkan dengan proses pembuatan kopi dari kacamata Teknik Kimia dan melakukan praktik mingguan di laboratorium food grade khusus kopi di University of California (UC) Davis, Amerika Serikat, untuk melihat proses dan cara mendesain kopi yang mempengaruhi kualitas sensori kopi. Proyek final mata kuliah ini adalah kompetisi pembuatan kopi yang menghasilkan rasa terbaik dengan konsumsi energi seefisien mungkin.
“Kelompok kami membuat kopi dengan menggunakan brew ratio 15 dengan alat Clever Dripper. Ukuran penggerusan biji kopi yang kami gunakan adalah penggerusan halus. Alhasil, kelompok kami, yang terdiri dari 3 mahasiswa IISMA, berhasil meraih Juara 3 dari kategori rasa kopi,” ungkap Luhut Kaleb, awardee IISMA dari Universitas Padjadjaran, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi.
Sepak terjang awardee IISMA lainnya dalam memperkuat diplomasi kopi Indonesia terjadi di tingkat internasional. Pada San Francisco Coffee Festival, empat awardee IISMA turut menjadi sukarelawan untuk membantu mempromosikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kopi Indonesia yaitu Beaneka Coffee. Mereka berhasil menarik ribuan pengunjung dengan membagikan cerita mengenai kondisi geografis Indonesia yang beragam sehingga menghasilkan beragam kopi dengan rasa autentik. Selain itu, mereka juga memberikan tester dalam bentuk cold brew dan menunjukkan proses pembuatan kopi tubruk tradisional. Proses pembuatan kopi tubruk inilah yang menarik perhatian pengunjung festival.
Beaneka Coffee juga menjadi satu-satunya peserta festival yang menjual Kopi Luwak yang diperoleh secara manusiawi dan bersertifikat. Hal ini mendapat apresiasi dari pengunjung festival. Awardee IISMA di UC Davis juga membantu mempromosikan agenda Beaneka mengenai kesetaraan gender dan usaha menaikkan pendapatan petani lokal yang berhasil menarik pengunjung hingga semua produk habis terjual di hari terakhir festival.
“Motivasi kami adalah keinginan untuk memaksimalkan pengalaman di luar negeri selama IISMA, bertemu dan bercengkrama sesama orang Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat, serta keinginan untuk mempromosikan Indonesia melalui kopi,” tambah Luhut.
Total ada 25 mahasiswa Indonesia penerima beasiswa IISMA yang telah menyelesaikan program studi satu semester di UC Davis, California. Selain mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi pendidikan dalam berbagai multidisiplin di salah satu universitas terkemuka, awardee IISMA juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk kegiatan budaya di luar kampus.
“Saya merasa sangat senang karena IISMA, sebagai usaha kerja sama antara universitas di Amerika Serikat dan Indonesia, bisa mendorong kerja sama perekonomian Amerika Serikat dan Indonesia. Hal ini dibuktikan dari pengiriman delegasi IISMA yang berpartisipasi tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga sebagai volunteer dalam San Francisco Coffee Festival, sehingga membuka potensi kerja sama ekonomi antara kedua negara tersebut,” tambah Luhut.